BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Maju mundurnya
suatu bangsa akan sangat ditentukan oleh sumber daya manusianya yang
berkualitas. Salah satu wadah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
suatu bangsa adalah melalui pendidikan.
Pendidikan pada hakekatnya
adalah usaha mencerdaskan dan membudayakan manusia, karena manusia merupakan pribadi
yang utuh dan kompleks, sehingga sulit dipenuhi secara maksimal. Perkembangan
masyarakat dan ilmu pengetahuan memaksa dunia pendidikan untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan yang serba kompleks, karena itu diperlukan sistem pendidikan
yang dapat memenuhi kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Akan tetapi
pendidikan dewasa ini masih dirasakan adanya permasalahan yang belum seluruhnya
dapat terpecahkan, mulai dari perencanaan, penyelenggaraan, dan hal yang
dicapai belum seluruhnya memenuhi harapan.
Berbagai cara telah ditempuh
guna mencapai harapan tersebut, salah satu diantaranya adalah perbaikan sarana
atau prasarana belajar dan cara mengajar khususnya pelajaran matematika.
Matematika sebagai ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang dengan amat pesat,
baik materi maupun kegunaannya. Sehingga dalam perkembangannya atau
pembelajarannya di sekolah harus memperhatikan perkembangan-perkembangannya,
baik dimasa lalu, masa sekarang maupun kemungkinan-kemungkinannya untuk masa
depan.
Mata pelajaran matematika
berfungsi sebagai alat, pola pikir dan ilmu atau pengetahuan. Dengan mengetahui
fungsi-fungsi matematika, diharapkan seorang guru atau pengelola pendidikan matematika
dapat memahami adanya hubungan antara matematika dengan berbagai ilmu lainnya.
Sangat diharapkan agar para siswa diberikan penjelasan untuk melihat berbagai
contoh penggunaan matematika sebagai alat untuk memecahkan masalah dalam mata
pelajaran lain, dalam kehidupan kerja atau dalam kehidupan sehari-hari. Namun
tentunya harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, sehingga
diharapkan dapat membantu proses pembelajaran matematika di sekolah.
Tingkat pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran akan banyak ditentukan oleh sejauh mana
terselanggaranya proses pembelajaran dengan baik dalam kelas dan sesuai dengan
fungsi serta tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan pembelajaran
matematika di sekolah mengacu kepada fungsi matematika serta kepada tujuan pendidikan
nasional yang telah dirumuskan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
Diungkapkan dalam GBHN, bahwa:
“Tujuan umum diberikannya
matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah antara lain adalah
mempersiapkan agar siswa sanggup menghadapai perubahan keadaan di dalam
kehidupan dan di dunia yang sedang berkembang, melalui latihan tindakan atas
dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan
efisien”.
Dalam pembelajaran
matematika di sekolah, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi,
pendekatan, metode dan teknik yang banyak melibatkan siswa aktif dalam belajar,
baik secara mental, fisik maupun sosial. Kreatifitas guru juga amat penting
untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang secara khusus cocok dengan
kelas yang dibinanya termasuk sarana dan prasarananya. Sebagaimana yang kita
ketahui bahwa salah satu faktor penentu hasil belajar siswa adalah
metode-metode yang dilakukan oleh guru selama pelaksanaan proses pembelajaran
tersebut.
Namun pada kenyataannya
sebagian besar guru matematika cenderung menggunakan metode mengajar yang
monoton, misalnya: metode ceramah, tanya jawab, dengan alasan keterbatasan
waktu dan megejar target kurikulum, walaupun disadari bahwa kurang menjamin
pencapaian daya serap siswa yang diharapkan minimal 65 % dari materi yang
diajarkan.
Dewasa ini, timbul
pemikiran para ahli pendidikan untuk memilih metode mengajar yang
setepat-tepatnya yang dipandang lebih efektif dibandingkan dengan metode–metode
tradisional, sehingga kecakapan dan pengetahuan yang diberikan oleh guru-guru
benar-benar menjadi milik murid. Siswalah yang diharapkan lebih efektif
membangun pengetahuannya sendiri, menemukan sendiri, menyelidiki sendiri,
sehingga hasil yang diperoleh akan tahan lama diingatan dan tak mudah untuk
dilupakannya. Metode yang dimaksud di atas dikenal dengan nama “Metode
Penemuan”.
Kata penemuan
sebagai metode mengajar merupakan penemuan yang dilakukan oleh siswa. Guru
sendiri bertindak sebagai fasilitator dan perancang kegiatan pembelajaran untuk
menjadikan proses belajar mengajar efektif. Metode pengajaran ini dapat
merangsang siswa menggunakan segenap potensi yang ada sehingga siswa
betul-betul mengalami pembelajaran tersebut.
Berdasarkan uraian
di atas, penulis akan melakukan suatu penelitian yang berkaitan dengan
peningkatan pemahaman matematika pada siswa kelas VII SMP Negeri I Polut
Kabupaten Takalar melalui metode penemuan, sehingga metode-metode tradisional
yang selama ini masih diterapkan dapat disempurnakan melalui metode ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dirumuskan masalah sebagai
berikut: “Apakah hasil belajar matematika
siswa kelas VII SMP Negeri I Polut Kabupaten Takalar dapat ditingkatkan dengan
metode penemuan”?
C. Cara Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan
masalah di atas, maka dilakukanlah penelitian tindakan kelas dengan menerapkan
metode penemuan dalam pembelajaran. Belajar melalui metode ini berpusat kepada
siswa, jadi proses dan cara menemukan itu sendiri dibimbing oleh guru dalam hal
memberi petunjuk cara mengerjakan sesuatu dan cara menemukannya.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin
dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas VIID SMP Negeri I Polut Kab. Takalar
melalui penggunaan metode penemuan dalam proses pembelajaran.
E. Manfaat Hasil Penelitian
1.
Bagi guru: dengan adanya
penelitian, guru diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme dalam menyajikan
materi di depan kelas dengan melibatkan siswa secara aktif. Melalui penelitian
ini pula, diharapkan guru memperoleh informasi dan mengetahui strategi
pembelajaran yang bervariasi yang dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem
pembelajaran di kelas.
2.
Bagi siswa: dapat memotivasi
siswa dalam belajar dan memahami matematika serta meningkatkan keaktifan dan
kreatifitas siswa sesuai dengan perkembangan berfikirnya.
3.
Bagi peneliti: diharapkan dapat
memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan salah satu metode pembelajaran
kontekstual yaitu metode penemuan sebagai suatu pendekatan untuk meningkatkan
pemahaman terhadap mata pelajaran matematika.
4.
Bagi sekolah: diharapkan
penelitian ini bermanfaat dalam upaya pengembangan mutu dan hasil pembelajaran
yang dapat dijadikan sebagai sdalah satu alternative dalam usaha poeningkatan
kualitas sekolah.
BAB II
KERANGKA TEORETIK DAN
HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kerangka Teoretik
1. Definisi Matematika
Matematika sebagai
salah satu cabang ilmu yang dikenal oleh masyarakat awam selama ini hanya
dianggap sebagai bilangan-bilangan dan operasinya. Sebenarnya matematika tidak
sesederhana itu.
Hudoyo Herman
(1988:3) berpendapat bahwa “Matematika
berkenaan dengan ide–ide, struktur–struktur, dan hubungan–hubungannya diatur
secara logik sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep–konsep abstrak”. Menurut James dalam Mardia (2004: 8)
matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, baik susunan besaran dan
konsep-konsep yang berhubungan dengan jumlah yang banyak Selanjutnya Djaali (1990:59) mengemukakan bahwa “Matematika adalah sebagai ilmu pengetahuan abstrak tentang ruang
dan bilangan, ia sering dilukiskan sebagai kumpulan sistem matematika yang
mempunyai struktur tersendiri dan bersifat deduktif”.
Dari beberapa
pendapat pakar di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang mempelajari
hal-hal yang bersifat abstrak dan dikonkritkan dengan lambang-lambang atau bilangan-bilangan
sehingga dapat didefinisikan dengan jelas.
Arif Tiro (1990:10)
menguraikan ciri-ciri matematika yang hakiki, yaitu sebagai berikut:
a.
Ada unsur prima
b.
Ada seperangkat
postulat tentang hubungan antara unsur-unsur prima
c.
Semua definisi atau teorema dibuat
dengan menggunakan unsur prima, postulat, definisi atau teorema yang sudah ada
sebelumya.
d.
Nilai benar atau salah
ditentukan oleh hukum-hukum yang sudah ada.
2. Definisi Belajar
Secara umum belajar
dapart diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu
dengan lingkungan (Ali, 1987:14). Slameto (1995:4) berpendapat bahwa “Belajar adalah
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Menurut Arikunto
(1990:19) “belajar adalah sebagai suatu proses karena adanya usaha untuk
mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud
memperoleh perubahan pada dirinya”. L.B.
Curzon dalam Sahabuddin (1999:85) mengemukakan bahwa:
“Belajar adalah modifikasi yang tampak dari
perilaku seseorang melalui kegiatan-kegiatan dan pengalaman-pengalamannya,
sehingga pengetahuan, keterampilan dan sikapnya, termasuk penyesuaian cara-cara
terhadap lingkungan yang berubah-ubah sedikit banyaknya permanen”.
Nasution (1986:39) berpendapat bahwa “Belajar adalah
perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan”. Selanjutnya, Bruner dalam
Hudoyo (1990:48) mengemukakan bahwa “Belajar adalah belajar tentang
konsep-konsep dan struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang
dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan
struktur-struktur matematika itu”.
Dari beberapa
pendapat para pakar di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan belajar adalah suatu kegiatan yang dapat membawa perubahan pada diri
seseorang ditingkat lebih baik, terutama dari segi pengetahuan, keterampilan,
dan sikap. Belajar adalah suatu usaha sadar untuk memperoleh keahlian atau ilmu
dengan mengaplikasikan keahlian atau ilmu tersebut secara terus-menerus dalam
kehidupan sehari-hari untuk mencapai perubahan tingkah laku.
3. Definisi Mengajar
Terdapat aneka
ragam rumusan pengertian tentang mengajar. Setiap rumusan mempunyai kaitan arti
dalam praktek pelaksanaannya. Rumusan yang dibuat tentang mengajar adalah upaya
menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa.
Mengajar dilukiskan
juga sebagai proses interaksi antara guru dan siswa dimana guru mengharapkan
siswanya dapat menguasai pengatahuan, keterampilan sikap yang benar-benar
dipilih oleh guru.
Menurut, Herman Hudoyo (1990:6) “ Mengajar adalah
suatu kegiatan dimana pengajar menyampaikan pengetahuan atau pengalaman yang
dimiliki kepada peserta didik”. William H. Burton dalam Ali (1987:13) berpendapat bahwa “Mengajar adalah upaya dalam
memberi perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa
agar terjadi proses belajar”. B.
Suryosubroto (1997:18) berpendapat bahwa “Mengajar merupakan suatu aktifitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya
dengan anak, sehingga terjadi belajar-mengajar”.
Menurut
IL Pasaribu dan B. Simanjuntak (1983:7) mengemukakan bahwa “Mengajar adalah
suatu kegiatan mengorganisasikan lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya
dengan anak sehingga terjadi proses belajar”. Selanjutnya Moh. Ali (1987:12)
berpendapat “Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi
kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan
yang telah dirumuskan”.
Dari
pendapat-pendapat para pakar di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah
suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk mentransfer pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman kepada peserta didik berlangsung secara efisien dan
efektif.
Dengan demikian
mengajar adalah untuk melihat bagaimana proses belajar berjalan. Tidak hanya
sekedar mengatakan dan memberi instruksi atau tidak hanya membiarkan siswa
belajar sendiri. Mengajar sebenarnya memberi kesempatan kepada yang diajar
untuk mencari, bertanya, menalar dan bahkan menebak.
4. Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah
suatu proses yang memuat kegiatan guru sebagai pengajar dan kegiatan siswa
sebagai pembelajaran dalam hubungan timbal balik untuk mencapai tujuan akhir
dari pembelajaran itu.
Menurut Moh. Uzer
Usman (1995:1) “Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”.
Menurut Sudjana
(2000:136) “Pembelajaran adalah proses yang diatur sedemikian rupa menurut
langkah-langkah tertentu agar pelaksanaannya mencapai hasil yang diharapkan”.
Dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan atau aktifitas antara pebelajar dengan
pengajar yang dirancang secara khusus sehingga aktifitas pebelajar lebih
dominan dibandingkan dengan pengajar.
5. Definisi Hasil Belajar
Hasil
dari serangkaian kegiatan belajar mengajar adalah hasil belajar, dengan
obyeknya adalah siswa. Hasil belajar mempunyai peran penting dalam pendidikan,
bahkan menentukan kualitas belajar yang dicapai oleh siswa pada bidang studi
yang dipelajari. Siswa yang cerdas dapat dengan cepat menciptakan lingkungan
belajar yang mendorong perkembangan intelektual dirinya dalam bentuk
macam-macam kegiatan yang dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Menurut
Hudoyo (1990:8) ”Hasil belajar adalah pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran
yang dipelajari”. Dimyati dalam Jusnidar (2003:10) mengemukakan bahwa ”Hasil
belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar
dari guru”. Selanjutnya Nana Sujana dan Rivai (1989:22) ”Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya”.
Dari
pendapat para pakar tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
pengetahuan, pemahaman dan atau keterampilan yang dimiliki atau diketahui oleh
peserta didik setelah ia mengalami proses belajar mengajar.
Salah
satu penilaian terhadap skor tes hasil belajar matematika siswa adalah dengan
menentukan daya serap siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Menentukan
daya serap siswa sangat berguna sebagai balikan untuk memperbaiki proses
pembelajaran berikutnya dan kemudian menjadi acuan untuk menentukan dan
mengetahui ketuntasan belajar siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Jadi
daya serap siswa diartikan sebagai persentase penguasaan siswa terhadap materi
yang telah dipelajari. Setelah menentukan daya serap siswa, ditentukan pula
ketuntasan belajar siswa baik perorangan maupun klasikal berdasarkan pencapaian
daya serap siswa terhadap materi. Adapun kriteria ketuntasan belajar siswa
menurut Uzer Usman (1995) adalah sebagai berikut:
”Seorang siswa dikatakan tuntas belajar untuk
program satuan pelajaran, bila daya serap yang diperoleh minimal 65 % sedangkan
ketuntasan belajar klasikal adalah: apabila 85 % jumlah siswa telah mencapai
daya serap sekurang-kurangnya 65 %.
6. Definisi Metode
Pembelajaran
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1994) “Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik
untuk mencapai maksud”. Menurut Nana Sudjana dan Rivai (1989:64) “Metode adalah
tehnik-tehnik tertentu yang dipergunakan agar penyajian informasi menjadi
efektif”.
Dari dua pendapat
di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara atau teknik yang digunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan.
7.
Metode Penemuan
Metode ini bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai
subyek dan obyek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang
secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Guru di sini
berperan sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar,
dengan demikian siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk
kelompok dalam memecahkan masalah dengan bimbingan guru.
Metode ini sudah
banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju, hal ini disebabkan karena
metode penemuan:
a.
Merupakan suatu cara untuk
mengembangkan cara belajar siswa aktif
b.
Jika menemukan sendiri maka
hasilnya menjadi lebih tahan lama dalam ingatan siswa
c.
Pengertian yang ditemukan juga
akan lebih tahan lama dan dapat digunakan pada bidang ilmu lain
d.
Anak belajar berpikir analisis
dan belajar menyelesaikan masalah yang dihadapinya, dan dapat membentuk watak
anak dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut Gilstrap
dan Richard Scuhman yang disimpulkan oleh B. Suryosubroto (1997:199),
langkah-langkah yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan metode
penemuan, antara lain adalah:
1.
Identifikasi kebutuhan siswa
atau memahami masalah
2.
Seleksi pendahuluan terhadap
prinsip-prinsip, pengertian konsep, dan generalisasi yang akan dipelajari.
3.
Seleksi bahan dan problem
4.
Mempersiapkan setting kelas dan
alat-alat yang diperlukan
5.
Mencek pemahaman siswa terhadap
masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa
6.
Memberi kesempatan kepada siswa
untuk melakukan penemuan
7.
Membantu siswa dengan memberi
informasi / data jika diperlukan oleh siswa
8.
Memimpin analisis sendiri.
Dengan pertanyaan yang mengarahkan mengidentifikasikan proses
9.
Merangsang terjadinya interaksi
antara siswa dengan siswa
10.
Memuji dan membesarkan hati
siswa yang giat dalam proses penemuan
11.
Membantu siswa merumuskan
prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya atau dalam bentuk umum.
Menurut Ismail
(1998:622) kelebihan dan kekurangan metode penemuan adalah:
1.
Kelebihan metode penemuan:
a.
Dianggap membantu siswa
mengembangkan atau memperbanyak penguasaan keterampilan dalam proses kognitif
siswa, andaikan siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan secara aktif
b.
Pengetahuan yang diperoleh dari
metode ini sangat pribadi sifatnya, artinya pengetahuan yang diperoleh sangat
mendalam atau dengan kata lain siswa benar-benar memahami baha pelajaran
c.
Metode penemuan membangkitkan
gairah belajar para siswa
d.
Memberikan kesempatan kepada
siswa yang bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri, dan dapat
menumbuhkan sikap ilmiah dan rasa ingin tahu
e.
Dapat mengarahkan siswa untuk
merasa terlibat secara langsung dan termotivasi untuk belajar.
f.
Dapat meningkatkan rasa percaya
diri siswa, dan kemungkinan mampu mengatasi kondisi yang mengecewakan yaitu
rendahnya hasil belajar matematika
g.
Metode ini berpusat pada siswa
h.
Membantu perkembangan siswa
menuju skeptisisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.
i.
Melatih siswa untuk belajar
sendiri
2.
Kekurangan metode penemuan:
a.
Dipersyaratkan keharusan adanya
persiapan mental untuk cara belajar
ini. Misalnya bagi siswa yang lamban akan frustasi dan bagi siswa yang lebih pandai akan memonopoli
pembelajaran
b.
Metode ini menyita waktu yang
lebih lama dibandingkan metode konvensional
c.
Metode ini kurang berhasil
untuk mengajar pada kelas besar karena guru akan mengalami kesulitan dalam
membimbing
d.
Kebiasaan siswa belajar secara
konvensional akan kurang berhasil dengan metode ini
e.
Tidak memberi kesempatan kepada
siswa untuk berpikir kreatif
f.
Tidak semua guru mampu mengajar
dengan menggunakan metode ini
g.
Tidak semua topik dapat
diajarkan dengan metode ini
h.
Kelas akan rebut dan ketertiban
kurang terjaga.
i.
Siswa yang cepat akan semakin
sombong karena seringnya dipuji
Menurut Hudoyo
Herman (1988:132) “Metode penemuan adalah merupakan sesuatu cara untuk
menyampaikan ide/gagasan lewat proses menemukan”. Ismail (1998:620) mengemukakan bahwa “Metode penemuan adalah suatu
cara menyampaikan bahan ajar matematika sedemikian hingga proses belajar yang
terjadi memungkinkan siswa untuk menemukan hal baru berdasarkan serentetan
pengalaman yang lampau”. Selanjutnya
ET. Ruseffendi (1990:329) mengemukakan bahwa “Metode penemuan adalah metode
mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh
pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan:
sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri”.
Dari uraian di atas
dapat bahwa metode penemuan adalah suatu proses atau cara menemukan atau
mengerjakan sesuatu ide atau gagasan yang belum diketahuinya tetapi sudah
diketahui oleh orang lain berdasarkan petunjuk orang lain.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri I Polut Kabupaten Takalar dengan jumlah
siswa 30 orang (16 orang siswa perempuan dan 14 orang siswa laki-laki). Penulis
memilih kelas VIID karena kelas ini merupakan kelas yang paling
rendah nilai rata-rata kelasnya untuk mata pelajaran matematika.
B. Faktor-Faktor yang Diselidiki
Ada beberapa faktor yang diselidiki, antara
lain:
1.
Faktor siswa
Mengingat kemampuan siswa dalam memahami dan
menyelesaikan soal matematika cenderung masih rendah, maka akan diamati
seberapa besar tingkat kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika
dalam pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan.
2.
Faktor proses pembelajaran
Apakah terjadi atau ada interaksi antara guru dengan
siswa serta antara siswa dengan siswa agar kegiatan belajar mengajar
berlangsung efektif dan efisien.
3.
Faktor hasil belajar
Akan diselidiki hasil belajar dan rasa tanggung jawab
serta sikap positif siswa terhadap matematika dengan terampil menyelesaikan
soal-soal yang diberikan.
C. Rencana Tindakan
Penelitian tindakan
kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai
dengan perubahan yang hendak dicapai, seperti yang telah didesain dalam
faktor-faktor yang diselidiki, secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan
kelas ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
I.
Siklus I
a.
Perencanaan tindakan
1.
Menelaah kurikulum matematika
SMP kelas VII semester genap.
2.
Mempelajari bahan yang akan
diajarkan dari berbagai sumber
3.
Membuat rencana pembelajaran
4.
Membuat Lembar Kegiatan Siswa
5.
Membuat lembar observasi untuk
melihat kondisi belajar mengajar di kelas
6.
Menyusun kisi-kisi dan soal tes
akhir siklus I
b.
Pelaksanaan tindakan
1.
Guru menjelaskan materi sesuai
dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat
2.
Guru memberikan motivasi kepada
siswa dan membahas dengan singkat materi pokok.
3.
Siswa menyelesaikan soalsoal
latihan yang ada di LKS secara individu, tanpa meminta bantuan dengan teman
sebangkunya.
4.
Guru membimbing sambil
mengamati siswa.
5.
Pada akhir siklus I, dibagikan
tes yang pertama.
c.
Observasi dan Evaluasi
1.
Mengamati tiap kegiatan siswa
melalui lembar observasi
2.
Pengumpulan data melalui tes
yang diberikan.
3.
Melakukan evaluasi terhadap
data yang dihasilkan.
d.
Refleksi
Dari hasil yang didapat
pada tahap observasi dan evaluasi, peneliti melakukan refleksi diri dengan
melihat data observasi dan hasil tes akhir, apakah kegiatan yang dilakukan
telah dapat meningkatkan kemampuan siswa. Hasil analisis data yang dilaksanakan
dalam tahap ini akan dipergunakan sebagai acuan untuk melaksanakan siklus
berikutnya.
II. Siklus II
a.
Perencanaan tindakan
Siklus II merupakan
penambahan tindakan dari siklus I, disini peneliti membagi kelompok diskusi.
Dalam setiap kelompok siswa mendiskusikan soal-soal yang terdapat dalam Lembar
Kegiatan Siswa..
1.
Menelaah kurikulum matematika
SMP kelas VII semester genap.
2.
Mempelajari bahan yang akan
diajarkan dari berbagai sumber
3.
Membuat rencana pembelajaran
4.
Membuat Lembar Kegiatan Siswa
5.
Membuat lembar observasi untuk
melihat kondisi belajar mengajar di kelas
6.
Menyusun kisi-kisi dan soal tes
akhir siklus II
b.
Pelaksanaan tindakan
1.
Guru membahas materi sesuai
dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat, dan tetap menggunakan metode
penemuan di dalam pembelajaran
2.
Membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok
3.
Siswa membahas materi melalui
LKS sambil diskusi dalam kelompoknya.
4.
Siswa mengerjakan soal yang ada
secara individu. Jika terjadi kesulitan disarankan untuk meminta bantuan dalam
kelompoknya sebelum meminta bantuan kegurunya
5.
Guru membimbing siswa sambil
mengamati siswa dalam kelompoknya.
6.
Pada akhir siklus II diberikan tes
yang kedua.
c.
Observasi dan Evaluasi
1.
Mengamati tiap kegiatan siswa
melalui lembar observasi
2.
Pengumpulan data melalui tes
yang diberikan.
3.
Melakukan evaluasi terhadap
data yang diperoleh.
d.
Refleksi
Dari hasil yang di
dapat pada tahap observasi dan evaluasi peneliti melakukan refleksi diri dengan
melihat data observasi dan hasil tes akhir, apakah kegiatan yang dilakukan
telah dapat meningkatkan pemahaman siswa dan merefleksi siswa apakah metode
yang digunakan dalam proses pembelajaran telah sesuai untuk diterapkan.
D. Teknik Pengumpulan Data
1.
Data mengenai perubahan sikap
siswa berdasarkan hasil observasi yang dikumpulkan melalui pengamatan pada saat
kegiatan pembelajaran berlangsung
2.
Data mengenai tingkat
penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran dikumpulkan dengan menggunakan
tes pada setiap akhir siklus
3.
Data mengenai pelaksanaan
tiindakan dikumpulkan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menuliskan
tanggapan pada setiap akhir siklus.
E. Teknik Analisis Data
Pengelolaan data
pada penelitian ini dilakukan setelah terkumpulnya data. Selanjutnya dianalisis
secara kuantitatif dan kualitatif. Untuk analisis secara kuantitatif digunakan
analisis deskriptif yaitu skor rata-rata dan persentase.selain itu akan
ditentukan pula standar deviasi, tabel frekuensi, nilai minimum dan nilai
maksimum. Kemudian nilai tersebut dikategorikan dengan menggunakan kategori
skala lima
berdasarkan teknik kategori standar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan
dan Kebubadayaan (Mardia:2004) yang dinyatakan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kategorisasi Hasil Belajar
Nilai
|
Kategori
|
0-34
35-54
55-64
65-84
85-100
|
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
|
Sedangkan analisis
kualitatif dilaksanakan sesuai dengan kecenderungan yang terjadi pada setiap
siklus dengan melakukan penilaian secara verbal (aktivitas yang teramati).
F. Indikator Kinerja
Indikator
keberhasilan penelitian ini adalah setelah pembelajaran dengan menggunakan
metode penemuan, maka keaktifan, kesungguhan,
keberanian, dan rasa percaya diri siswa selama proses pembelajaran
berlangsung mengalami peningkatan dan nilai rata-rata kelas meningkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar