Sabtu, 06 Februari 2016

skripsi: MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE PENEMUAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI I POLUT KABUPATEN TAKALAR



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
            Maju mundurnya suatu bangsa akan sangat ditentukan oleh sumber daya manusianya yang berkualitas. Salah satu wadah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa adalah melalui pendidikan.
            Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha mencerdaskan dan membudayakan manusia, karena manusia merupakan pribadi yang utuh dan kompleks, sehingga sulit dipenuhi secara maksimal. Perkembangan masyarakat dan ilmu pengetahuan memaksa dunia pendidikan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang serba kompleks, karena itu diperlukan sistem pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Akan tetapi pendidikan dewasa ini masih dirasakan adanya permasalahan yang belum seluruhnya dapat terpecahkan, mulai dari perencanaan, penyelenggaraan, dan hal yang dicapai belum seluruhnya memenuhi harapan.
            Berbagai cara telah ditempuh guna mencapai harapan tersebut, salah satu diantaranya adalah perbaikan sarana atau prasarana belajar dan cara mengajar khususnya pelajaran matematika. Matematika sebagai ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang dengan amat pesat, baik materi maupun kegunaannya. Sehingga dalam perkembangannya atau pembelajarannya di sekolah harus memperhatikan perkembangan-perkembangannya, baik dimasa lalu, masa sekarang maupun kemungkinan-kemungkinannya untuk masa depan.
            Mata pelajaran matematika berfungsi sebagai alat, pola pikir dan ilmu atau pengetahuan. Dengan mengetahui fungsi-fungsi matematika, diharapkan seorang guru atau pengelola pendidikan matematika dapat memahami adanya hubungan antara matematika dengan berbagai ilmu lainnya. Sangat diharapkan agar para siswa diberikan penjelasan untuk melihat berbagai contoh penggunaan matematika sebagai alat untuk memecahkan masalah dalam mata pelajaran lain, dalam kehidupan kerja atau dalam kehidupan sehari-hari. Namun tentunya harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, sehingga diharapkan dapat membantu proses pembelajaran matematika di sekolah.
            Tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran akan banyak ditentukan oleh sejauh mana terselanggaranya proses pembelajaran dengan baik dalam kelas dan sesuai dengan fungsi serta tujuan yang hendak dicapai.
            Tujuan pembelajaran matematika di sekolah mengacu kepada fungsi matematika serta kepada tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Diungkapkan dalam GBHN, bahwa:
 “Tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah antara lain adalah mempersiapkan agar siswa sanggup menghadapai perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang sedang berkembang, melalui latihan tindakan atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien”.

            Dalam pembelajaran matematika di sekolah, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi, pendekatan, metode dan teknik yang banyak melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik maupun sosial. Kreatifitas guru juga amat penting untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang secara khusus cocok dengan kelas yang dibinanya termasuk sarana dan prasarananya. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa salah satu faktor penentu hasil belajar siswa adalah metode-metode yang dilakukan oleh guru selama pelaksanaan proses pembelajaran tersebut.
            Namun pada kenyataannya sebagian besar guru matematika cenderung menggunakan metode mengajar yang monoton, misalnya: metode ceramah, tanya jawab, dengan alasan keterbatasan waktu dan megejar target kurikulum, walaupun disadari bahwa kurang menjamin pencapaian daya serap siswa yang diharapkan minimal 65 % dari materi yang diajarkan.
            Dewasa ini, timbul pemikiran para ahli pendidikan untuk memilih metode mengajar yang setepat-tepatnya yang dipandang lebih efektif dibandingkan dengan metode–metode tradisional, sehingga kecakapan dan pengetahuan yang diberikan oleh guru-guru benar-benar menjadi milik murid. Siswalah yang diharapkan lebih efektif membangun pengetahuannya sendiri, menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, sehingga hasil yang diperoleh akan tahan lama diingatan dan tak mudah untuk dilupakannya. Metode yang dimaksud di atas dikenal dengan nama “Metode Penemuan”.
            Kata penemuan sebagai metode mengajar merupakan penemuan yang dilakukan oleh siswa. Guru sendiri bertindak sebagai fasilitator dan perancang kegiatan pembelajaran untuk menjadikan proses belajar mengajar efektif. Metode pengajaran ini dapat merangsang siswa menggunakan segenap potensi yang ada sehingga siswa betul-betul mengalami pembelajaran tersebut.
            Berdasarkan uraian di atas, penulis akan melakukan suatu penelitian yang berkaitan dengan peningkatan pemahaman matematika pada siswa kelas VII SMP Negeri I Polut Kabupaten Takalar melalui metode penemuan, sehingga metode-metode tradisional yang selama ini masih diterapkan dapat disempurnakan melalui metode ini.

B.     Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri I Polut Kabupaten Takalar dapat ditingkatkan dengan metode penemuan”?

C.    Cara Pemecahan Masalah
            Untuk memecahkan masalah di atas, maka dilakukanlah penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode penemuan dalam pembelajaran. Belajar melalui metode ini berpusat kepada siswa, jadi proses dan cara menemukan itu sendiri dibimbing oleh guru dalam hal memberi petunjuk cara mengerjakan sesuatu dan cara menemukannya.




D.    Tujuan Penelitian
            Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIID SMP Negeri I Polut Kab. Takalar melalui penggunaan metode penemuan dalam proses pembelajaran.

E.     Manfaat Hasil Penelitian
1.     Bagi guru: dengan adanya penelitian, guru diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme dalam menyajikan materi di depan kelas dengan melibatkan siswa secara aktif. Melalui penelitian ini pula, diharapkan guru memperoleh informasi dan mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi yang dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas.
2.     Bagi siswa: dapat memotivasi siswa dalam belajar dan memahami matematika serta meningkatkan keaktifan dan kreatifitas siswa sesuai dengan perkembangan berfikirnya.
3.     Bagi peneliti: diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan salah satu metode pembelajaran kontekstual yaitu metode penemuan sebagai suatu pendekatan untuk meningkatkan pemahaman terhadap mata pelajaran matematika.
4.     Bagi sekolah: diharapkan penelitian ini bermanfaat dalam upaya pengembangan mutu dan hasil pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai sdalah satu alternative dalam usaha poeningkatan kualitas sekolah.

BAB II
KERANGKA TEORETIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A.    Kerangka Teoretik
1.      Definisi Matematika
            Matematika sebagai salah satu cabang ilmu yang dikenal oleh masyarakat awam selama ini hanya dianggap sebagai bilangan-bilangan dan operasinya. Sebenarnya matematika tidak sesederhana itu.
            Hudoyo Herman (1988:3) berpendapat bahwa “Matematika berkenaan dengan ide–ide, struktur–struktur, dan hubungan–hubungannya diatur secara logik sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep–konsep abstrak”. Menurut James dalam Mardia (2004: 8) matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, baik susunan besaran dan konsep-konsep yang berhubungan dengan jumlah yang banyak Selanjutnya Djaali (1990:59) mengemukakan bahwa “Matematika adalah sebagai ilmu pengetahuan abstrak tentang ruang dan bilangan, ia sering dilukiskan sebagai kumpulan sistem matematika yang mempunyai struktur tersendiri dan bersifat deduktif”.
            Dari beberapa pendapat pakar di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang bersifat abstrak dan dikonkritkan dengan lambang-lambang atau bilangan-bilangan sehingga dapat didefinisikan dengan jelas.
            Arif Tiro (1990:10) menguraikan ciri-ciri matematika yang hakiki, yaitu sebagai berikut:
a.    Ada unsur prima
b.    Ada seperangkat postulat tentang hubungan antara unsur-unsur prima
c.    Semua definisi atau teorema dibuat dengan menggunakan unsur prima, postulat, definisi atau teorema yang sudah ada sebelumya.
d.   Nilai benar atau salah ditentukan oleh hukum-hukum yang sudah ada.

2.      Definisi Belajar
            Secara umum belajar dapart diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan (Ali, 1987:14). Slameto (1995:4) berpendapat bahwa “Belajar adalah proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Menurut Arikunto (1990:19) “belajar adalah sebagai suatu proses karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan pada dirinya”. L.B. Curzon dalam Sahabuddin (1999:85) mengemukakan bahwa:
“Belajar adalah modifikasi yang tampak dari perilaku seseorang melalui kegiatan-kegiatan dan pengalaman-pengalamannya, sehingga pengetahuan, keterampilan dan sikapnya, termasuk penyesuaian cara-cara terhadap lingkungan yang berubah-ubah sedikit banyaknya permanen”.

Nasution (1986:39) berpendapat bahwa “Belajar adalah perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan”. Selanjutnya, Bruner dalam Hudoyo (1990:48) mengemukakan bahwa “Belajar adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu”.
            Dari beberapa pendapat para pakar di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah suatu kegiatan yang dapat membawa perubahan pada diri seseorang ditingkat lebih baik, terutama dari segi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Belajar adalah suatu usaha sadar untuk memperoleh keahlian atau ilmu dengan mengaplikasikan keahlian atau ilmu tersebut secara terus-menerus dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai perubahan tingkah laku.

3.      Definisi Mengajar
            Terdapat aneka ragam rumusan pengertian tentang mengajar. Setiap rumusan mempunyai kaitan arti dalam praktek pelaksanaannya. Rumusan yang dibuat tentang mengajar adalah upaya menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa.
            Mengajar dilukiskan juga sebagai proses interaksi antara guru dan siswa dimana guru mengharapkan siswanya dapat menguasai pengatahuan, keterampilan sikap yang benar-benar dipilih oleh guru.
            Menurut,  Herman Hudoyo (1990:6) “ Mengajar adalah suatu kegiatan dimana pengajar menyampaikan pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki kepada peserta didik”. William H. Burton dalam Ali (1987:13) berpendapat bahwa “Mengajar adalah upaya dalam memberi perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar”.  B. Suryosubroto (1997:18) berpendapat bahwa “Mengajar merupakan suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi belajar-mengajar”.
           Menurut IL Pasaribu dan B. Simanjuntak (1983:7) mengemukakan bahwa “Mengajar adalah suatu kegiatan mengorganisasikan lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar”. Selanjutnya Moh. Ali (1987:12) berpendapat “Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan”.
            Dari pendapat-pendapat para pakar di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan dan pengalaman kepada peserta didik berlangsung secara efisien dan efektif.
            Dengan demikian mengajar adalah untuk melihat bagaimana proses belajar berjalan. Tidak hanya sekedar mengatakan dan memberi instruksi atau tidak hanya membiarkan siswa belajar sendiri. Mengajar sebenarnya memberi kesempatan kepada yang diajar untuk mencari, bertanya, menalar dan bahkan menebak.
4.      Definisi Pembelajaran
            Pembelajaran adalah suatu proses yang memuat kegiatan guru sebagai pengajar dan kegiatan siswa sebagai pembelajaran dalam hubungan timbal balik untuk mencapai tujuan akhir dari pembelajaran itu.
            Menurut Moh. Uzer Usman (1995:1) “Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”.
            Menurut Sudjana (2000:136) “Pembelajaran adalah proses yang diatur sedemikian rupa menurut langkah-langkah tertentu agar pelaksanaannya mencapai hasil yang diharapkan”.
            Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan atau aktifitas antara pebelajar dengan pengajar yang dirancang secara khusus sehingga aktifitas pebelajar lebih dominan dibandingkan dengan pengajar.

5.      Definisi Hasil Belajar
            Hasil dari serangkaian kegiatan belajar mengajar adalah hasil belajar, dengan obyeknya adalah siswa. Hasil belajar mempunyai peran penting dalam pendidikan, bahkan menentukan kualitas belajar yang dicapai oleh siswa pada bidang studi yang dipelajari. Siswa yang cerdas dapat dengan cepat menciptakan lingkungan belajar yang mendorong perkembangan intelektual dirinya dalam bentuk macam-macam kegiatan yang dapat meningkatkan hasil belajarnya.
            Menurut Hudoyo (1990:8) ”Hasil belajar adalah pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran yang dipelajari”. Dimyati dalam Jusnidar (2003:10) mengemukakan bahwa ”Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar dari guru”. Selanjutnya Nana Sujana dan Rivai (1989:22) ”Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.
            Dari pendapat para pakar tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah pengetahuan, pemahaman dan atau keterampilan yang dimiliki atau diketahui oleh peserta didik setelah ia mengalami proses belajar mengajar.
            Salah satu penilaian terhadap skor tes hasil belajar matematika siswa adalah dengan menentukan daya serap siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Menentukan daya serap siswa sangat berguna sebagai balikan untuk memperbaiki proses pembelajaran berikutnya dan kemudian menjadi acuan untuk menentukan dan mengetahui ketuntasan belajar siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Jadi daya serap siswa diartikan sebagai persentase penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Setelah menentukan daya serap siswa, ditentukan pula ketuntasan belajar siswa baik perorangan maupun klasikal berdasarkan pencapaian daya serap siswa terhadap materi. Adapun kriteria ketuntasan belajar siswa menurut Uzer Usman (1995) adalah sebagai berikut:
”Seorang siswa dikatakan tuntas belajar untuk program satuan pelajaran, bila daya serap yang diperoleh minimal 65 % sedangkan ketuntasan belajar klasikal adalah: apabila 85 % jumlah siswa telah mencapai daya serap sekurang-kurangnya 65 %.




6.      Definisi Metode Pembelajaran
            Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994) “Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud”. Menurut Nana Sudjana dan Rivai (1989:64) “Metode adalah tehnik-tehnik tertentu yang dipergunakan agar penyajian informasi menjadi efektif”.
            Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara atau teknik yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan.

7.      Metode Penemuan
Metode ini bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subyek dan obyek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
            Guru di sini berperan sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar, dengan demikian siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok dalam memecahkan masalah dengan bimbingan guru.
            Metode ini sudah banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju, hal ini disebabkan karena metode penemuan:
a.    Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif
b.    Jika menemukan sendiri maka hasilnya menjadi lebih tahan lama dalam ingatan siswa
c.    Pengertian yang ditemukan juga akan lebih tahan lama dan dapat digunakan pada bidang ilmu lain
d.   Anak belajar berpikir analisis dan belajar menyelesaikan masalah yang dihadapinya, dan dapat membentuk watak anak dalam kehidupan bermasyarakat.
            Menurut Gilstrap dan Richard Scuhman yang disimpulkan oleh B. Suryosubroto (1997:199), langkah-langkah yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan metode penemuan, antara lain adalah:
1.      Identifikasi kebutuhan siswa atau memahami masalah
2.      Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep, dan generalisasi yang akan dipelajari.
3.      Seleksi bahan dan problem
4.      Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan
5.      Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa
6.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan
7.      Membantu siswa dengan memberi informasi / data jika diperlukan oleh siswa
8.      Memimpin analisis sendiri. Dengan pertanyaan yang mengarahkan mengidentifikasikan proses
9.      Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa
10.  Memuji dan membesarkan hati siswa yang giat dalam proses penemuan
11.  Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya atau dalam bentuk umum.
            Menurut Ismail (1998:622) kelebihan dan kekurangan metode penemuan adalah:
1.      Kelebihan metode penemuan:
a.        Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak penguasaan keterampilan dalam proses kognitif siswa, andaikan siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan secara aktif
b.       Pengetahuan yang diperoleh dari metode ini sangat pribadi sifatnya, artinya pengetahuan yang diperoleh sangat mendalam atau dengan kata lain siswa benar-benar memahami baha pelajaran
c.        Metode penemuan membangkitkan gairah belajar para siswa
d.       Memberikan kesempatan kepada siswa yang bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri, dan dapat menumbuhkan sikap ilmiah dan rasa ingin tahu
e.        Dapat mengarahkan siswa untuk merasa terlibat secara langsung dan termotivasi untuk belajar.
f.        Dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa, dan kemungkinan mampu mengatasi kondisi yang mengecewakan yaitu rendahnya hasil belajar matematika
g.       Metode ini berpusat pada siswa
h.       Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.
i.         Melatih siswa untuk belajar sendiri

2.      Kekurangan metode penemuan:
a.       Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar   ini. Misalnya bagi siswa yang lamban akan frustasi dan  bagi siswa yang lebih pandai akan memonopoli pembelajaran
b.      Metode ini menyita waktu yang lebih lama dibandingkan metode konvensional
c.       Metode ini kurang berhasil untuk mengajar pada kelas besar karena guru akan mengalami kesulitan dalam membimbing
d.      Kebiasaan siswa belajar secara konvensional akan kurang berhasil dengan metode ini
e.       Tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir kreatif
f.       Tidak semua guru mampu mengajar dengan menggunakan metode ini
g.      Tidak semua topik dapat diajarkan dengan metode ini
h.      Kelas akan rebut dan ketertiban kurang terjaga.
i.        Siswa yang cepat akan semakin sombong karena seringnya dipuji
            Menurut Hudoyo Herman (1988:132) “Metode penemuan adalah merupakan sesuatu cara untuk menyampaikan ide/gagasan lewat proses menemukan”. Ismail (1998:620) mengemukakan bahwa “Metode penemuan adalah suatu cara menyampaikan bahan ajar matematika sedemikian hingga proses belajar yang terjadi memungkinkan siswa untuk menemukan hal baru berdasarkan serentetan pengalaman yang lampau”. Selanjutnya ET. Ruseffendi (1990:329) mengemukakan bahwa “Metode penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan: sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri”.
            Dari uraian di atas dapat bahwa metode penemuan adalah suatu proses atau cara menemukan atau mengerjakan sesuatu ide atau gagasan yang belum diketahuinya tetapi sudah diketahui oleh orang lain berdasarkan petunjuk orang lain.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Tempat Penelitian
            Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri I Polut Kabupaten Takalar dengan jumlah siswa 30 orang (16 orang siswa perempuan dan 14 orang siswa laki-laki). Penulis memilih kelas VIID karena kelas ini merupakan kelas yang paling rendah nilai rata-rata kelasnya untuk mata pelajaran matematika.

B.     Faktor-Faktor yang Diselidiki
            Ada beberapa faktor yang diselidiki, antara lain:
1.      Faktor siswa
Mengingat kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan soal matematika cenderung masih rendah, maka akan diamati seberapa besar tingkat kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika dalam pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan.
2.      Faktor proses pembelajaran
Apakah terjadi atau ada interaksi antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa agar kegiatan belajar mengajar berlangsung efektif dan efisien.
3.      Faktor hasil belajar
Akan diselidiki hasil belajar dan rasa tanggung jawab serta sikap positif siswa terhadap matematika dengan terampil menyelesaikan soal-soal yang diberikan.
C.    Rencana Tindakan
            Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang hendak dicapai, seperti yang telah didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki, secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

I.       Siklus I
a.    Perencanaan tindakan
1.      Menelaah kurikulum matematika SMP kelas VII semester genap.
2.      Mempelajari bahan yang akan diajarkan dari berbagai sumber
3.      Membuat rencana pembelajaran
4.      Membuat Lembar Kegiatan Siswa
5.      Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi belajar mengajar di kelas
6.      Menyusun kisi-kisi dan soal tes akhir siklus I
b.    Pelaksanaan tindakan
1.      Guru menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat
2.      Guru memberikan motivasi kepada siswa dan membahas dengan singkat materi pokok.
3.      Siswa menyelesaikan soalsoal latihan yang ada di LKS secara individu, tanpa meminta bantuan dengan teman sebangkunya.
4.      Guru membimbing sambil mengamati siswa.
5.      Pada akhir siklus I, dibagikan tes yang pertama.
c.    Observasi dan Evaluasi
1.      Mengamati tiap kegiatan siswa melalui lembar observasi
2.      Pengumpulan data melalui tes yang diberikan.
3.      Melakukan evaluasi terhadap data yang dihasilkan.
d.   Refleksi
            Dari hasil yang didapat pada tahap observasi dan evaluasi, peneliti melakukan refleksi diri dengan melihat data observasi dan hasil tes akhir, apakah kegiatan yang dilakukan telah dapat meningkatkan kemampuan siswa. Hasil analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini akan dipergunakan sebagai acuan untuk melaksanakan siklus berikutnya.

II.    Siklus II
a.    Perencanaan tindakan
            Siklus II merupakan penambahan tindakan dari siklus I, disini peneliti membagi kelompok diskusi. Dalam setiap kelompok siswa mendiskusikan soal-soal yang terdapat dalam Lembar Kegiatan Siswa..
1.      Menelaah kurikulum matematika SMP kelas VII semester genap.
2.      Mempelajari bahan yang akan diajarkan dari berbagai sumber
3.      Membuat rencana pembelajaran
4.      Membuat Lembar Kegiatan Siswa
5.      Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi belajar mengajar di kelas
6.      Menyusun kisi-kisi dan soal tes akhir siklus II
b.    Pelaksanaan tindakan
1.      Guru membahas materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat, dan tetap menggunakan metode penemuan di dalam pembelajaran
2.      Membagi siswa ke dalam beberapa kelompok
3.      Siswa membahas materi melalui LKS sambil diskusi dalam kelompoknya.
4.      Siswa mengerjakan soal yang ada secara individu. Jika terjadi kesulitan disarankan untuk meminta bantuan dalam kelompoknya sebelum meminta bantuan kegurunya
5.      Guru membimbing siswa sambil mengamati siswa dalam kelompoknya.
6.      Pada akhir siklus II diberikan tes yang kedua.
c.    Observasi dan Evaluasi
1.      Mengamati tiap kegiatan siswa melalui lembar observasi
2.      Pengumpulan data melalui tes yang diberikan.
3.      Melakukan evaluasi terhadap data yang diperoleh.
d.   Refleksi
            Dari hasil yang di dapat pada tahap observasi dan evaluasi peneliti melakukan refleksi diri dengan melihat data observasi dan hasil tes akhir, apakah kegiatan yang dilakukan telah dapat meningkatkan pemahaman siswa dan merefleksi siswa apakah metode yang digunakan dalam proses pembelajaran telah sesuai untuk diterapkan.


D.    Teknik Pengumpulan Data
1.      Data mengenai perubahan sikap siswa berdasarkan hasil observasi yang dikumpulkan melalui pengamatan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung
2.      Data mengenai tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran dikumpulkan dengan menggunakan tes pada setiap akhir siklus
3.      Data mengenai pelaksanaan tiindakan dikumpulkan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menuliskan tanggapan pada setiap akhir siklus.

E.     Teknik Analisis Data
            Pengelolaan data pada penelitian ini dilakukan setelah terkumpulnya data. Selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Untuk analisis secara kuantitatif digunakan analisis deskriptif yaitu skor rata-rata dan persentase.selain itu akan ditentukan pula standar deviasi, tabel frekuensi, nilai minimum dan nilai maksimum. Kemudian nilai tersebut dikategorikan dengan menggunakan kategori skala lima berdasarkan teknik kategori standar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebubadayaan (Mardia:2004) yang dinyatakan sebagai berikut:




            Tabel 3.1 Kategorisasi Hasil Belajar
Nilai
Kategori
0-34
35-54
55-64
65-84
85-100
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi

            Sedangkan analisis kualitatif dilaksanakan sesuai dengan kecenderungan yang terjadi pada setiap siklus dengan melakukan penilaian secara verbal (aktivitas yang teramati).

F.     Indikator Kinerja
            Indikator keberhasilan penelitian ini adalah setelah pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan, maka keaktifan, kesungguhan,  keberanian, dan rasa percaya diri siswa selama proses pembelajaran berlangsung mengalami peningkatan dan nilai rata-rata kelas meningkat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar