Sabtu, 06 Februari 2016

skripsi: PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-D SMP NEGERI



BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Sebagian besar peserta didik (siswa) menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan bahkan dianggap sebagai momok di sekolah. Pandangan yang demikian menyebabkan sebagian siswa tidak atau kurang berminat terhadap pelajaran matematika yang akhirnya berimplikasi pada rendahnya hasil belajar matematika mereka. Hampir disetiap evaluasi pembelajaran diakhir tahun pelajaran menunjukkan pelajaran matematika tidak pernah menempati reting sebagai pelajaran dengan nilai rata-rata tertinggi yang diperoleh siswa.
Dalam proses belajar mengajar berlangsung kegiatan pengajaran, pembelajaran, assesmen, dan evaluasi. Untuk mendapatkan output dari proses belajar mengajar yang berkualitas, harus dimulai dari siswa sebagai input pembelajaran, sampai pada lingkungan di sekitar tempat pembelajaran.
Semakin hari, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat. Hal ini dipandang sebagai suatu tantangan sebab hanya dengan jalan demikian dapat dijadikan motivasi untuk ikut mengembangkan diri agar jangan tertinggal jauh dibelakang. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, membuka kemungkinan peserta didik (siswa) tidak hanya belajar di dalam kelas yang dibimbing oleh guru akan tetapi peserta didik dapat belajar dari luar kelas seperti dari lingkungan masyarakat, pakar atau ilmuwan, birokrat, media cetak maupun elektronik serta sarana-sarana lain yang tersedia. Dengan belajar seperti itu peserta didik akan leluasa meluangkan gagasan atau ide-idenya yang dibangun berdasarkan informasi dari berbagai sumber.
  Sekolah sebagai pendidikan formal secara sistematis merencanakan bermacam-macam lingkungan pendidikan yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan belajar. Melalui kegiatan belajar, pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diarahkan dan didorong kearah pencapaian tujuan yang dicita-citakan. Lingkungan belajar disusun dan ditata berdasarkan suatu kurikulum yang pada gilirannya diimplementasikan dalam proses pembelajaran (Hamalik, 1999).
Setiap usaha penyempurnaan kurikulum jelas tidak lepas hubungannya dengan masalah peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran. Sebagaimana lazimnya suatu perubahan kurikulum, dimaksudkan untuk memantapkan pelaksanaan kurikulum yang berlaku sebelumnya. Kurikulum disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Mutu pendidikan yang tinggi diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, dan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan semua warga Indonesia. Kesejahteraan bangsa bukan lagi bersumber pada modal intelektual, modal sosial, dan modal kredibilitas sehingga tuntutan untuk terus menerus memutakhirkan pengetahuan menjadi suatu keharusan (Boediono, 2002).


Untuk mencapai tujuan pendidikan matematika di sekolah, sudah saatnya seorang guru bekerja dengan menyadari bahwa mengajar matematika tidak sekedar mengarahkan siswa berpikir tentang apa yang dipelajarinya dan menerapkan metode mengajar yang dipilih, tetapi harus melihat dan mengamati apa yang dipikirkan siswa serta proses yang berkembang dalam suatu diskusi terhadap materi matematika yang dipelajari siswa. Guru harus mencari cara agar siswa aktif mengkomunikasikan pengetahuan  matematika yang dipilih. Oleh sebab itu guru harus menggunakan alat untuk mengumpulkan informasi tentang performance siswa serta mengadakan penilaian secara rutin terhadap kemajuan yang diperoleh siswa.
Salah satu model pembelajaran yang memenuhi kebutuhan tersebut adalah model pembelajaran berbasis portofolio untuk membantu para guru dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam kegiatan proses pembelajarannya. Disamping itu terdapat fenomena perilaku sebagian pelajar yang tidak mencerminkan bahwa dirinya adalah seseorang yang telah memperoleh pendidikan.
Kondisi pembelajaran Matematika SMP Negeri 26 Makasssar seperti yang telah diamati oleh peneliti selama masa observasi yaitu terlihat bahwa sikap siswa kelas VII-D SMP Negeri 26 Makassar adalah siswa menganggap mata pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit sehingga menyebabkan hasil belajar siswa pada setiap ujian memperoleh nilai yang kurang/rendah atau di bawah rata-rata. Hal ini disebabkan karena seringnya terjadi kesalahan konsep terhadap materi yang diberikan pada pelajaran matematika, dimana siswa hanya dapat mengerjakan latihan yang permasalahannya sama dengan contoh yang diberikan sebaliknya jika permasalahannya dikembangkan lebih jauh maka  siswa merasa sulit dan menganggap permasalahan yang diberikan sudah terlalu sulit pemecahannya.
Proses pembelajaran, yang diinginkan adalah pola pembelajaran matematika yang dapat membuat matematika terasa mudah dan menyenangkan. Karena itu guru sebagai profesi mempersyaratkan berbagai kemampuan dan keterampilan, minimal penguasaan materi pelajaran dan keterampilan mengajarnya. Dengan demikian, seorang guru yang profesional dalam melaksanakan tugas mengajarnya harus mampu menerapkan cara mengajar secara efektif dan efisien agar tujuan pembelajaran dapat dilakukan secara optimal. Dengan pembelajaran berbasis portofolio ini, memungkinkan peserta didik untuk:
(1)   Berlatih memadukan antara konsep yang diperoleh dari penjelasan guru atau dari buku/bacaan dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
(2)   Siswa diberi kesempatan untuk mencari informasi diluar kelas, baik informasi yang sifatnya benda/bacaan, penglihatan (objek langsung, televisi, radio internet) maupun orang dalam hal ini pakar, tokoh.
(3)   Membuat alternatif untuk mengatasi topik atau objek yang dibahas.
(4)   Membuat suatu keputusan (sesuai kemampuannya) yang berkaitan dengan konsep yang telah dipelajarinya, dengan mempertimbangkan nilai-nilai yang ada di masyarakat.
(5)   Merumuskan langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah dan mencegah timbulnya masalah yang berkaitan dengan topik yang dibahas.
Atas dasar pemikiran diatas, maka penulis berusaha melakukan suatu penelitian “Penerapan Pembelajaran Berbasis Portofolio untuk Meningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII-D SMP Negeri 26 Makassar”.

B.     Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, terlihat bahwa masalah dalam pendidikan adalah bagaimana memilih pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Sesuai dengan informasi yang diperoleh, bahwa pembelajaran yang digunakan masih cenderung mempasifkan siswa dan tidak mengadaptasikan realita sebagai konsep matematika sehingga terjadi ketidakpuasan siswa terhadap nilai yang telah diberikan oleh guru.

C.    Permasalahan dan Pemecahannya

1.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana meningkatkan hasil belajar matematika siswa Kelas VII-D SMP Negeri 26 Makassar dengan penerapan pembelajaran berbasis portofolio?
2.      Apakah dengan menerapkan pembelajaran berbasis portofolio dapat mengubah sikap siswa Kelas VII-D SMP Negeri 26 Makassar terhadap matematika menjadi lebih baik?

2.      Cara Pemecahan Masalah
Agar sasaran penelitian ini dapat tercapai, maka dalam mengatasi masalah yang telah dikemukakan diatas, dilakukan suatu proses tindakan pembelajaran yaitu pembelajaran berbasis portofolio bagi siswa Kelas VII-D SMP Negeri 26 Makassar.

D.    Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut:
1.         Meningkatkan hasil belajar matematika siswa setelah diadakan pembelajaran berbasis portofolio.
2.         Mengubah sikap siswa menjadi lebih baik terhadap matematika.

E.     Manfaat Penelitian

Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan manfaat berarti bagi:
  1. Guru: Melalui penelitian tindakan ini, guru dapat memberi bekal bahan pengajaran dan mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi yang dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran dikelas, sehingga permasalahan yang dihadapi siswa, guru, materi pelajaran dan sebagainya dapat diminimalkan.
  2. Siswa: Dapat meminimalkan miskonsepsi siswa dalam belajar dan memahami matematika untuk suatu topik pelajaran. disamping itu dengan metode pembelajaran berbasis portofolio maka siswa akan lebih mudah untuk memahami materi pelajaran lanjutan.
  3. Sekolah: Memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam rangka perbaikan pembelajaran, sangat diharapkan hasil belajar matematika secara kolektif dapat meningkat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK


A.    TINJAUAN PUSTAKA

1.      Hakekat Belajar Matematika
Tolak ukur keberhasilan proses belajar mengajar dapat ditinjau pada proses dan hasil belajar yang dicapai anak didik. Matematika sebagai suatu pengetahuan yang terdiri atas struktur-struktur yang disusun secara konsisten dan sistematik. Selain itu, matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif. Abstrak karena objek matematika merupakan benda pikiran, yaitu sesuai dengan yang dipikirkan, sementara murid harus mempelajari konsep abstrak disaat perkembangan intelektualnya masih berada pada tahap pra-operasional atau pada operasi konkret. Karena itulah matematika perlu disajikan dengan model pembelajaran perubahan konsep yang menggunakan alat peraga, guna mengkonkretkan konsep abstrak tersebut.
Mengutip pendapat Jerome Bruner (Erman Suherman, dkk. 2003:43) yang mengemukakan bahwa belajar matematika adalah belajar konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur matematika itu. Dari pendapat ini jelas menggambarkan bahwa tingginya aktivitas mental dalam belajar matematika sangat membutuhkan strategi pengajaran yang tepat yang diterapkan oleh guru agar siswa mencapai hasil belajar matematika yang berkualitas. Hasil belajar tersebut ditunjukkan pada pencapaian kompetensi berfikir dan bekerja dengan penalaran matematika.
Tujuan pendidikan matematika dalam jurnal NCTM (Bush, 2000) dikemukakan yang dicakup : (1) valuing mathematics, (2) developing mathematical confidence, (3) becoming problem solver, (4) communicating mathematically, (5) reasoning mathematically. Jelas tergambar bahwa pencapaian tujuan matematika ini banyak berorientasi pada proses berlangsungnya pembelajaran matematika harus dikelolah dengan memperhatikan kemajuan-kemajuan yang dicapai siswa selama proses belajar berlangsung termasuk didalamnya metode pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.     
2.      Pembelajaran Berbasis Portofolio
Dasar dari pengembangan model pembelajaran berbasis portofolio adalah teori belajar konstruktivisme, yang pada prinsipnya menggambarkan bahwa siswa membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Prinsip yang paling umum dan yang paling essensial yang diturunkan dari konstruktivisme yaitu merancang suatu pengetahuan diluar sekolah.
            Berdasarkan konstruktivisme sosial yang dikemukakan oleh Vygotsky (dalam ST Hatijah, 2004) pada dasarnya memandang bahwa dengan mengadakan diskusi atau mendengar pendapat orang lain seseorang membentuk pengetahuan atau mengubah pengetahuan yang sebelumnya telah dimilikinya.
            Portofolio merupakan salah satu alat yang perlu mendapat lebih banyak perhatian dari guru Matematika dan IPA pada era globalisasi dan perkembangan IPA dan teknologi sekarang ini. Melalui portofolio akan memberikan kesempatan kepada mereka untuk menunjukkan apa yang mereka ketahui dan dapat mereka perbuat sedemikian rupa sehingga mencerminkan kekompleksan kegiatan belajar mengajar.
            Pada pembelajaran portofolio, pengetahuan dapat diterima dan tersimpan lebih baik, karena pengetahuan masuk otak setelah melalui proses “masuk akal”. Yang tidak masuk akal akan dikesampingkan. Karena tersimpan secara mendalam, meski pernah lupa, pengetahuan tersebut mudah untuk dipelajari kembali. Lagi pula, karena materi tersebut dipahami dengan baik, maka materi tersebut sewaktu-waktu dapat digunakan dalam situasi baru yang berlainan dari situasi waktu belajar mengajar.
1)   Peranan guru dan siswa dalam pembelajaran portofolio, adalah:
(1)   Peranan guru
(a)  Mengajar dikelas secara professional.
(b)    Merencanakan, melibatkan, menghubungkan, dan memberi   masukan    kepada siswa dalam kelas.
(c) Memberi semangat bahwa siswa berkewajiban untuk membuat keputusan,        menggambar, mempertimbangkan, diskusi, membaca dan menanggapi.
(d)    Memberi petunjuk dan harapan.
(e)     Memproses pekerjaan, usaha, kemajuan dan prestasi sebagai hasil  belajar.
(f)      Membantu siswa memimpin atau memandu portofolionya.
(g)     Mengoleksi dan menganalisa contoh-contoh pekerjaan.

(h)   Mengembangkan gaya mengajar yang menumbuhkan rasa saling    mempengaruhi antara siswa dengan siswa dengan masyarakat dengan   lingkungannya.
 (i) Mengumpulkan informasi dari hubungan antar siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan masyarakat dan lingkungannya.
 (j) Menggunakan analisa dan contoh-contoh laporan untuk pihak-pihak  yang membutuhkan.
(2)  Peranan siswa
(a)    Memilih topik-topik tulisan.
(b)    Memilih materi bacaan.
(c)    Mengorganisir, mempertahankan dan menanggapi bacaan dan tulisan   dalam portofolio.
(d)   Terlibat dan mempertahankan.
(e) Mengoleksi, menganalisa, membandingkan dan memilih tulisan serta    contoh-contoh bacaan.
(f)     Kerjasama dengan orang lain untuk mengetahui secara personal tentang kekuatan  dan kelemahannya.
(g)    Merencanakan tujuan tertentu.
2)  Pengertian Portofolio
Dalam lapangan pendididikan atau pengajaran, istilah portofolio masih belum banyak dikenal secara luas. Akan tetapi akhir-akhir ini seiring dengan diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), istilah portofolio ini mulai banyak dibicarakan dan dipelajari.
Portofolio sebagai proses belajar mengajar diawali oleh isu atau masalah yang memerlukan suatu pemecahan (problem solving). Pengertian portofolio disini adalah sebagai wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial pedagogis, maupun sebagai adjektive. Sebagai suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan, yang disebut bundel.
Portofolio berarti koleksi dokumen atau tugas-tugas yang diorganisasikan dan dipilih untuk mencapai tujuan dan sebagai bukti yang nyata dari seseorang yang memiliki pertumbuhan dalam bidang pengetahuan, disposisi dan keterampilan. (dalam ST Hatijah, 2004) menyatakan bahwa, portofolio merupakan sesuatu yang berharga dan merupakan inovasi pendidikan. Misalnya hasil tes awal (pre-test), tugas-tugas, keterangan melaksanakan-tugas terstruktur, hasil tes akhir (post-test), dan sebagainya. Sebagai suatu proses sosial pedagogis portofolio adalah collection of learning yang terdapat dalam pikiran peserta didik baik yang berwujud pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill), maupun nilai dan sikap (afektif). Adapun sebagai suatu adjective portofolio seringkali disandingkan dengan konsep lain, misalnya dengan konsep penilaian, maka dikenal istilah penilaian berbasis portofolio. 
Portofolio dibagi menjadi dua bagian yaitu; portofolio tampilan, yang isinya antara lain adalah rangkuman permasalahan yang dikaji, berbagai alternative untuk mengatasi masalah, usulan kebijakan untuk mengatasi masalah, membuat rencana tindakan. Yang kedua yaitu portofolio dokumentasi, yang dikemas dalam map ordener atau sejenisnya yang disusun secara sistematis mengikuti urutan atau langkah-langkah portofolio tampilan, selanjutnya disajikan dalam suatu simulasi atau dengar pendapat (public hearing), yang dapat menghadirkan orang-orang yang terkait dengan masalah tersebut.
3)  Langkah-langkah Portofolio
(a)    Mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat.
(b)   Memilih masalah untuk kajian kelas.
(c)    Mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan dikaji oleh kelas.
(d)   Membuat portofolio kelas.
(e)    Penyajian portofolio (show case).
(f)    Merefleksi pada pengalaman belajar.
(g)   Di dalam setiap langkah, siswa belajar mandiri dalam kelompok kecil dengan fasilitas dari guru dan menggunakan ragam sumber belajar di sekolah maupun di luar sekolah (masyarakat).
Sumber belajar atau informasi dapat diperoleh dari:
(a)    Manusia (pakar, tokoh agama, tokoh masyarakat dan lain-lain),
(b)   Kantor penerbitan surat kabar, bahan tertulis,
(c)    Bahan terekam,
(d)   Bahan tersiar (TV, radio),
(e)    Alam sekitar,
(f)    Situs sejarah, artifak dan lain-lain.
4) Penilaian Berbasis Portofolio
      Istilah penilaian bukan merupakan istilah baru bagi insan yang bergerak pada lapangan pendidikan dan pengajaran. Pada akhir suatu program pendidikan, pengajaran atau pelatihan pada umumnya diadakan penilaian. Tujuannnya tiada lain untuk mengetahui apakah suatu program pendidikan, pengajaran , ataupun pelatihan  tersebut telah dikuasai oleh peserta atau belum. Angka atau nilai tertentu biasanya dijadikan patokan untuk menentukan penguasaan program tersebut. Jika dianggap telah menguasai maka ia dinyatakan tidak lulus.
      Penilaian ini pada hakekatnya tidak hanya dilakukan sesaat tetapi harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan. Disamping itu bukan hanya menaksir secara parsial, melainkan harus menaksir sesuatu secara menyeluruh yang meliputi proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan wawasan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dicapai warga belajar. Dengan demikian untuk menetapkan seseorang siswa tidak lulus ujian itu bukan hanya dari hasil sesaaat, misalnya hanya diambil dari nilai ujian akhir. Sebab bisa saja terjadi seseorang yang pada saat ujian akhir sedang terganggu kesehatannya, sehingga ia tidak bisa berkonsentrasi dalam menjawab soal-soal ujian, dinyatakan gagal padahal dalam keseharian ia termasuk siswa yang pandai. Atau dapat juga sebaliknya, karena mendapat kesempatan menyontek, seseorang dapat lulus ujian akhir, padahal dalam kesehariannya ia adalah seorang siswa yang malas.


(1)  Kriteria Penilaian Portofolio
      Sebagai salah satu bentuk penilaian kinerja, portofolio harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
(a)    Memperbaiki kinerja ilmiah siswa
(b)    Mengembangkan pengetahuan dan kemampuan siswa dalam menilai diri sendiri
(c)    Mengembangkan rasa memiliki dan bangga pada prestasi
(d)   Menjadi cerminan kerja guru
(e)    Menjadi salah satu acuan bagi guru yang menerima portofolio tahun berikutnya.
(2)  Penggunaan Portofolio
      Aspek penting dari peranan guru dalam menggunakan portofolio terjadi pada:
(a)    Sebelum pembelajaran atau pemberian nilai dimulai
(b)   Selama pembelajaran dan pemberian nilai berlangsung
(c)    Setelah pembelajaran atau pemberian nilai.
(3)  Ada dua langkah dalam menggunakan portofolio, yaitu:
(a)    Persiapan untuk menggunakan portofolio
·         Memutuskan jenis portofolio apa yang akan digunakan. Apakah secara individu atau kelompok
·         Mengidentifikasi tujuan dari portofolio
·         Memilih pekerjaan apa yang akan dimasukkan dalam portofolio
·         Meminta siswa untuk memilih hal-hal yang akan dimasukkan dalam portofolio
·         Memutuskan bagaimana portofolio tersebut dinilai.
(b)  Mengatur portofolio dalam satu pokok bahasan atau lebih
·         Proses portofolio. Guru menjelaskan kepada siswa tentang kategori contoh pekerjaan yang akan dimasukkan kedalam portofolio
·         Rubrik. Guru mengembangkan rubrik penilaian untuk menilai dan mengevaluasi pekerjaan siswa
·         Penilaian diri. Siswa merefleksi dan menilai dirinya sendiri tentang kualitas dan kuantitas pekerjaan mereka serta kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran.      
3.      Hasil Belajar Matematika
Topik-topik dalam matematika tersusun secara hirarki mulai dari yang paling dasar atau paling mudah sampai yang paling sukar. Belajar matematika harus melalui jalur-jalur yang tersusun secara logis. Dengan demikian belajar matematika ada prasyarat pertama yang harus dikuasai sebelum sesorang belajar konsep sebelumnya.
            Dikemukakan Herman Hudoyo (1990) bahwa belajar adalah suatu proses mental yang mengarah kepada penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebiasaan atau sikap, yang semuanya diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku. Secara singkat belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Dimana perubahan-perubahan yang dimaksud adalah perubahan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, keterampilan serta aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
           
Sedangkan hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar, hasil tersebut merupakan gambaran penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap diri peserta didik, yang berwujud angka berdasar dari ujian akhir (tes sumatif).
Menurut Slameto (1988:2) menyatakan bahwa:
            “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

 Sedangkan belajar menurut Sahabuddin (1996: 85) (dalam Arifai, 2004) bahwa:
            “Belajar merupakan modifikasi yang tampak dari perilaku seseorang yang melalui kegiatan-kegiatan dan pengalaman-pengalaman, sehingga pengetahuan keterampilan dan sikapnya termasuk penyesuaian cara-caranya terhadap lingkungan yang berubah-ubah, yang sedikit banyaknya permanen”.

Berdasarkan pengertian diatas, secara umum dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses kegiatan yang menimbulkan kelakuan baik atau berubah kelakuan lama hingga seseorang lebih mampu memecahkan masalah dan menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi yang dihadapi dalam hidupnya.
Selanjutnya dari proses belajar akan diperoleh hasil belajar yang merupakan suatu keberhasilan yang diperoleh siswa dari hasil belajar yang telah dilakukan sebelumnya dapat pula merupakan suatu gambaran penguasaan materi belajar yang bersangkutan. Hasil belajar yang dimaksud disini tidak lain adalah kemampuan maksimum yang dicapai oleh siswa akibat dari suatu kegiatan.
Selain itu, Slameto (1995) juga mengemukakan beberapa faktor kognitif yang dapat dimanipulasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah persepsi, perhatian, mendengarkan, ingatan, struktur kognitif, inteligensi, kreativitas, dan gaya kognitif. 
Djiali (dalam Jurnal Alumni, 1991: 15) mengemukakan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika meliputi variabel yang meliputi variabel yang berkaitan dengan faktor siswa, faktor guru, dan faktor lingkungan belajar. Lebih lanjut dikemukakan, faktor siswa meliputi variabel: kemampuan dasar, cara dan kebiasaan belajar, kualitas belajar, motivasi berprestasi dan sikap terhadap pelajaran matematika. Sedang faktor guru, meliputi: tingkat penguasaan terhadap pelajaran matenatika, kemampuan mengelola proses belajar mengajar, kemampuan merencanakan program pengajaran, kesadaran dan kesanggupan kerja dan sikap terhadap profesi guru.
Hudoyo (1990: 10) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa, meliputi: faktor peserta didik (siswa), faktor sarana dan prasarana, faktor pengajar dan faktor penilaian (evaluasi).
Selanjutnya Slameto (1987: 2) menegaskan bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.



Menurut Abdurrahman (1999: 37) (dalam Arifai, 2004) bahwa :
“Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan proses dari seseorang, dimana hasil belajar dipengaruhi oleh inteligensi dan penguasaan anak tentang materi yang akan dipelajarinya”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tingkat atau besarnya perubahan tingkah laku yang dapat dicapai dari suatu pengalaman yang mengarah pada penguasaan pengetahuan, kecakapan, dan kebiasaan. Pengalaman disini merupakan suatu proses yang selalu berhubungan dengan proses belajar mengajar. Kesimpulan yang lain, hasil belajar mengajar adalah ukuran yang menyatakan taraf kemampuan berupa penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap yang dicapai oleh seseorang sebagai hasil dari sesuatu yang dipelajari selama waktu tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan hasil belajar matematika adalah tingkat keberhasilan atau penguasaan seorang siswa terhadap bidang studi matematika setelah menempuh proses belajar mengajar.

B.     Kerangka Berfikir
Proses belajar mengajar adalah suatu rangkaian peristiwa yang mempunyai tujuan untuk dicapai. Hasil belajar diperoleh melalui proses belajar mengajar, namun tidak semua proses belajar mengajar yang dilakukan akan mencapai tujuan. Untuk itu demi mencapai tujuan pembelajaran dalam hal ini penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan dapat meningkat, maka peneliti menerapkan pembelajaran berbasis portofolio, dimana penilaian terhadap hasil belajar siswa diperoleh dari tes yang diberikan selama proses pembelajaran. Yang mana hasil tes ini dikumpulkan dalam satu tempat yang disebut bundel.
Berdasarkan pemikiran inilah, peneliti menduga bahwa dengan penerapan pembelajaran berbasis portofolio dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

C.    Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teoritik, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah “jika siswa diberikan pembelajaran berbasis portofolio, maka hasil belajar matematika siswa akan meningkat.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN


A.    Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan selama dua siklus. Tindakan yang dilakukan adalah pembelajaran dengan model portofolio.
Peningkatan kualitas proses pembelajaran adalah terjadinya multi arah, proses pembelajaran, menggairahkan sehingga terjadi peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran matematika.

B.     Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian
1.      Lokasi Penelitian
      Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 26 Makassar pada kelas VII-D.
2.      Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-D SMP Negeri 26 Makassar tahun pelajaran 2004/2005 yang terdiri dari 40 siswa pada semester II tahun ajaran 2004/2005.




C.    Faktor yang Diselidiki
Faktor yang akan diselidiki dalam pelaksanaan penelitian ini adalah :
1.      Faktor siswa, yaitu untuk melihat sikap siswa  dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran berbasis portofolio. Proses yang dimaksud adalah
(1)         Siswa yang hadir pada saat pelajaran.
(2)         Siswa yang memperhatikan penekanan suatu materi.
(3)         Siswa yang melakukan kegiatan yang sesuai dengan bimbingan guru dalam                   rangka pengembangan konsep.
(4)         Siswa yang aktif pada saat pembahasan contoh soal.
(5)         Siswa yang menjawab pertanyaan yang diajukan pada saat pengembangan     konsep.
(6)         Siswa yang mengangkat tangan pada saat diajukan pertanyaan tentang materi.
(7)         Siswa yang bertanya tentang materi pelajaran yang belum dimengerti.
(8)         Siswa yang memperhatikan penjelasan guru dan mencatat pada saat        pembelajaran.
(9)         Siswa yang memiliki alat pelajaran, berupa buku paket.
(10)     Siswa yang mengerjakan latihan.
(11)     Siswa yang mengerjakan pekerjaan rumah.
(12)     Siswa yang melakukan kegiatan lain (ribut, bermain, dll), pada saat  pembelajaran.
2.   Faktor guru, yaitu peneliti yang bertindak sebagai guru mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran berbasis Portofolio berdasarkan lembar observasi yang telah dipersiapkan . Proses yang dimaksud adalah
(1) Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran dan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
(2)  Guru menyajikan materi pelajaran pada siswa.
(3)  Guru menggunakan alat bantu, seperti OHP.
(4)  Guru memberikan pertanyaan pada siswa mengenai materi pelajaran.
(5)  Guru memberikan contoh soal.
(6)  Guru memberikan latihan soal untuk dikerjakan dikelas.
(7)  Guru memberikan latihan soal untuk dikerjakan dirumah.
3.      Faktor sumber pelajaran, yaitu untuk melihat apakah sumber atau bahan pelajaran yang digunakan sudah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. 

D.  Rencana Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Antara siklus I dengan siklus II merupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan, dalam artian pelaksanaan siklus II merupakan kelanjutan dan perbaikan dari siklus I. Secara rinci pelaksanaan penelitian untuk dua siklus ini sebagai berikut:


Siklus I
1.  Perencanaan
1) Menganalisis materi pelajaran melalui pengkajian kurikulum yang akan diajarkan dalam pelaksanaan tindakan.
2)  Membuat rencana pengajaran kemudian menyusun materi yang akan diajarkan sesuai skenario pembelajaran matematika dengan penerapan metode pembelajaran berbasis portofolio untuk setiap pertemuan.
3)      Mempersiapkan alat bantu pengajaran sesuai dengan materi yang akan diajarkan, misalnya alat peraga.
4)      Membuat pedoman observasi untuk merekam proses pembelajaran dikelas.
5)      Membuat dan menyusun alat evaluasi.
2.  Pelaksanaan Tindakan
1)      Mengidentifikasi keadaan siswa berupa minat dan kesiapannya.
2)      Membahas materi pelajaran dengan menyajikan outline materi.
3)   Mengembangkan bahan pengajaran termasuk contoh soal secara global.
4)      Memberikan umpan balik positif terhadap jawaban dan tanggapan siswa.
5)      Melakukan penugasan kepada siswa sesuai dengan bahan yang telah diajarkan baik secara individu maupun kelompok sesuai dengan tugas-tugas belajar yang dikembangkan dalam portofolio siswa yakni Portofolio Show Case.
6)      Mencatat semua kejadian yang dianggap penting, baik mengenai kegiatan siswa dalam mengikuti pelajaran, mengerjakan soal maupun tanggapan-tanggapan yang diberikan siswa.
7)      Dengan memberikan motivasi dan menciptakan interaksi yang harmonis antara guru  dan siswa, siswa  diarahkan untuk  menyelesaikan   masalah/soal   secara
       berkelompok dalam hal ini guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing.
8)      Melaksanakan proses pembelajaran kemudian dipantau berdasarkan format observasi.
3.  Observasi dan Evaluasi
1)   Pengumpulan data melalui :
a)    Pemantauan pelaksanaan proses pembelajaran (observasi).
b)    Ulangan harian (evaluasi).
2)   Analisis data hasil observasi.
4.  Refleksi Hasil Kegiatan
1)   Refleksi dari penelitian  berdasarkan hasil yang diperoleh dari:
a)       Hasil observasi.
b)      Hasil evaluasi.
2) Mendiskusikan hasil refleksi yang telah dibuat bersama dengan guru mata      pelajaran matematika lainnya.
3)      Sosialisasi dari pihak lain, misalnya : Kepala Sekolah.
Siklus II         
            Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II relatif sama dengan perencanaan dan pelaksanaan siklus I dengan mengadakan beberapa perbaikan sesuai dengan kenyataan yang ditemukan di lapangan. Pada pelaksanaan siklus II, materi yang akan diajarkan adalah kelanjutan dari materi pada siklus I. Adapun langkah-langkah yang dilakukan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.      Perencanaan
Pada tahap ini, dirumuskan perencanaan siklus II yaitu sama dengan perencanan pada siklus I dengan berbagai langkah untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I.
2.      Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pada siklus II ini adalah mengulangi langkah-langkah pada siklus I disertai beberapa perbaikan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Adapun perbaikan yang sempat terlaksana adalah jika pada siklus I hanya siswa-siswa yang pintar saja yang aktif dalam proses pembelajaran maka pada siklus II ini dilakukan pendekatan-pendekatan kepada siswa-siswa yang kurang pintar untuk mendapatkan bimbingan secara langsung agar mereka lebih aktif dan dapat melibatkan diri dalam proses pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran yang diterapkan. Selain itu juga, jika pada siklus I masih banyak siswa-siswa yang segan dan takut untuk mengemukakan masalah atau soal yang dihadapi maka untuk menanggapi hal itu pada siklus II ini peneliti lebih tegas dalam menunjuk siswa untuk mengemukakan masalahnya bahkan peneliti mengharuskan kepada setiap kelompok siswa untuk bersiap-siap pada setiap pertemuan baik untuk bertanya maupun untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari rekan dan peneliti.
Disamping itu juga peneliti berjalan-jalan mengamati  kegiatan  siswa  untuk setiap   kelompoknya   masing-masing  sehingga  siswa  lebih  serius  dan  aktif  dalam
mengikuti proses pembelajaran.
3.      Observasi
Secara umum tahap observasi pada siklus II sama dengan yang dilakukan pada siklus I.
4.      Refleksi
Data hasil observasi dan catatan harian guru serta komentar siswa pada siklus ini dikaji dan dianalisis untuk menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan akhir penelitian ini.


E.  Teknik Pengumpulan Data

1.      Sumber Data
Adalah siswa Kelas VII-D SMP Negeri 26 Makassar yang menjadi subjek penelitian.

2.      Jenis Data

Jenis data yang diperoleh dari sumber data kualitatif dan kuantitatif , yang terdiri dari :
1)      Tes hasil belajar
2)      Catatan guru
3)      Format observasi

3.      Cara Pengambilan Data

1)      Data tentang kondisi pembelajaran selama tindakan dilakukan diambil dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan sebelumnya.
2)      Data tentang refleksi diri serta perubahan yang terjadi dikelas, diambil dari catatan harian guru.
3)      Data tentang hasil belajar diperoleh melalui pemberian tes ulangan pada setiap akhir siklus.
4)      Data tentang tanggapan siswa terhadap metode penilaian yang digunakan, diambil melalui kuesioner.

F.     Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari pelaksanaan observasi dianalisis secara kualitatif, sedangkan data hasil belajar matematika siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif dan menggunakan teknik kategorisasi dengan skala lima berdasarkan teknik kategorisasi standar yang diterapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1993: 6) adalah sebagai berikut:
  1. Nilai 0 – 3.4 ; Dikategorikan “Sangat Kurang”
  2. Nilai 3.5 – 5.4 ; Dikategorikan “Kurang”
  3. Nilai 5.5 – 6.4 ; Dikategorikan “Cukup”
  4. Nilai 6.5 – 8.4 ; Dikategorikan “Tinggi”
  5. Nilai 8.5 – 10.0 ; Dikqategorikan “Sangat Tinggi”
Dari pengkategorian di atas, akan diperoleh frekuensi dan persentase siswa pada masing-masing kategori yang telah ditentukan.
Adapun frekuensi adalah banyaknya siswa pada setiap kategori, sedangkan persentase (%) adalah  banyaknya  siswa pada  setiap  kategori (frekuensi)  dibagi  dengan jumlah
siswa kemudian dikali dengan 100 %.
Persentase (%) =
Apabila hasil belajar siswa dianalisis maka persentase ketuntasan belajar siswa dapat diperoleh dengan mengkategorikan siswa yang tidak tuntas dan siswa yang tuntas belajar sesuai dengan ketentuan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang menyatakan bahwa yang dikategorikan tidak tuntas adalah siswa yang berada pada kategori sangat rendah, rendah, dan sedang. Sedangkan yang dikategorikan tuntas adalah siswa yang berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi.
Untuk melihat hasil belajar siswa pada tiap siklus, dapat dilakukan dengan menentukan daya serap siswa yang dapat dilihat dari banyaknya persentase siswa yang tuntas belajar. 

G.    Indikator Kinerja

Indikator yang menunjukkan keberhasilan pelaksanaan penelitian yang dilakukan adalah peningkatan hasil belajar matematika siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Makassar setelah diberikan pembelajaran berbasis Portofolio. Peningkatan hasil belajar matematika siswa ditandai dengan nilai yang diperoleh siswa mencapai ketuntasan perorangan, yaitu jika memperoleh nilai minimal 65% dari skor ideal dan ketuntasan klasikal tercapai apabila lebih dari 50% siswa telah tuntas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar