BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagian besar peserta didik
(siswa) menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan bahkan
dianggap sebagai momok di sekolah. Pandangan yang demikian menyebabkan sebagian
siswa tidak atau kurang berminat terhadap pelajaran matematika yang akhirnya
berimplikasi pada rendahnya hasil belajar matematika mereka. Hampir disetiap
evaluasi pembelajaran diakhir tahun pelajaran menunjukkan pelajaran matematika
tidak pernah menempati reting sebagai pelajaran dengan nilai rata-rata
tertinggi yang diperoleh siswa.
Dalam proses belajar mengajar berlangsung kegiatan
pengajaran, pembelajaran, assesmen, dan evaluasi. Untuk mendapatkan output dari
proses belajar mengajar yang berkualitas, harus dimulai dari siswa sebagai input
pembelajaran, sampai pada lingkungan di sekitar tempat pembelajaran.
Semakin hari, perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat. Hal ini dipandang sebagai suatu
tantangan sebab hanya dengan jalan demikian dapat dijadikan motivasi untuk ikut
mengembangkan diri agar jangan tertinggal jauh dibelakang. Perkembangan dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, membuka kemungkinan peserta
didik (siswa) tidak hanya belajar di dalam kelas yang dibimbing oleh guru akan
tetapi peserta didik dapat belajar dari luar kelas seperti dari lingkungan
masyarakat, pakar atau ilmuwan, birokrat, media cetak maupun elektronik serta
sarana-sarana lain yang tersedia. Dengan belajar seperti itu peserta didik akan
leluasa meluangkan gagasan atau ide-idenya yang dibangun berdasarkan informasi
dari berbagai sumber.
Sekolah sebagai pendidikan formal secara
sistematis merencanakan bermacam-macam lingkungan pendidikan yang menyediakan
berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan belajar.
Melalui kegiatan belajar, pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diarahkan
dan didorong kearah pencapaian tujuan yang dicita-citakan. Lingkungan belajar
disusun dan ditata berdasarkan suatu kurikulum yang pada gilirannya
diimplementasikan dalam proses pembelajaran (Hamalik, 1999).
Setiap usaha penyempurnaan
kurikulum jelas tidak lepas hubungannya dengan masalah peningkatan mutu
pendidikan dan pengajaran. Sebagaimana lazimnya suatu perubahan kurikulum,
dimaksudkan untuk memantapkan pelaksanaan kurikulum yang berlaku sebelumnya.
Kurikulum disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional.
Mutu pendidikan yang tinggi diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas,
damai, dan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan semua warga
Indonesia. Kesejahteraan bangsa bukan lagi bersumber pada modal intelektual,
modal sosial, dan modal kredibilitas sehingga tuntutan untuk terus menerus
memutakhirkan pengetahuan menjadi suatu keharusan (Boediono, 2002).
Untuk mencapai tujuan pendidikan
matematika di sekolah, sudah saatnya seorang guru bekerja dengan menyadari
bahwa mengajar matematika tidak sekedar mengarahkan siswa berpikir tentang apa
yang dipelajarinya dan menerapkan metode mengajar yang dipilih, tetapi harus
melihat dan mengamati apa yang dipikirkan siswa serta proses yang berkembang
dalam suatu diskusi terhadap materi matematika yang dipelajari siswa. Guru
harus mencari cara agar siswa aktif mengkomunikasikan pengetahuan matematika yang dipilih. Oleh sebab itu guru
harus menggunakan alat untuk mengumpulkan informasi tentang performance siswa
serta mengadakan penilaian secara rutin terhadap kemajuan yang diperoleh siswa.
Salah satu model pembelajaran
yang memenuhi kebutuhan tersebut adalah model pembelajaran berbasis portofolio
untuk membantu para guru dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam
kegiatan proses pembelajarannya. Disamping itu terdapat fenomena perilaku
sebagian pelajar yang tidak mencerminkan bahwa dirinya adalah seseorang yang
telah memperoleh pendidikan.
Kondisi pembelajaran
Matematika SMP Negeri 26 Makasssar seperti yang telah diamati oleh peneliti
selama masa observasi yaitu terlihat bahwa sikap siswa kelas VII-D SMP Negeri
26 Makassar adalah siswa menganggap mata pelajaran matematika adalah pelajaran
yang sulit sehingga menyebabkan hasil belajar siswa pada setiap ujian
memperoleh nilai yang kurang/rendah atau di bawah rata-rata. Hal ini disebabkan
karena seringnya terjadi kesalahan konsep terhadap materi yang diberikan pada
pelajaran matematika, dimana siswa hanya dapat mengerjakan latihan yang
permasalahannya sama dengan contoh yang diberikan sebaliknya jika
permasalahannya dikembangkan lebih jauh maka
siswa merasa sulit dan menganggap permasalahan yang diberikan sudah
terlalu sulit pemecahannya.
Proses pembelajaran, yang
diinginkan adalah pola pembelajaran matematika yang dapat membuat matematika
terasa mudah dan menyenangkan. Karena itu guru sebagai profesi mempersyaratkan
berbagai kemampuan dan keterampilan, minimal penguasaan materi pelajaran dan
keterampilan mengajarnya. Dengan demikian, seorang guru yang profesional dalam
melaksanakan tugas mengajarnya harus mampu menerapkan cara mengajar secara
efektif dan efisien agar tujuan pembelajaran dapat dilakukan secara optimal. Dengan pembelajaran berbasis portofolio ini, memungkinkan peserta
didik untuk:
(1)
Berlatih memadukan antara
konsep yang diperoleh dari penjelasan guru atau dari buku/bacaan dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
(2)
Siswa diberi kesempatan untuk
mencari informasi diluar kelas, baik informasi yang sifatnya benda/bacaan,
penglihatan (objek langsung, televisi, radio internet) maupun orang dalam hal
ini pakar, tokoh.
(3)
Membuat alternatif untuk
mengatasi topik atau objek yang dibahas.
(4)
Membuat suatu keputusan (sesuai
kemampuannya) yang berkaitan dengan konsep yang telah dipelajarinya, dengan
mempertimbangkan nilai-nilai yang ada di masyarakat.
(5)
Merumuskan langkah yang akan
dilakukan untuk mengatasi masalah dan mencegah timbulnya masalah yang berkaitan
dengan topik yang dibahas.
Atas dasar pemikiran diatas, maka penulis berusaha
melakukan suatu penelitian “Penerapan Pembelajaran Berbasis Portofolio untuk
Meningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII-D SMP Negeri 26 Makassar”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang
telah diuraikan diatas, terlihat bahwa masalah dalam pendidikan adalah
bagaimana memilih pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika
siswa. Sesuai dengan informasi yang diperoleh, bahwa pembelajaran yang
digunakan masih cenderung mempasifkan siswa dan tidak mengadaptasikan realita
sebagai konsep matematika sehingga terjadi ketidakpuasan siswa terhadap nilai
yang telah diberikan oleh guru.
C. Permasalahan dan Pemecahannya
1.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah penelitian
ini, adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana meningkatkan hasil
belajar matematika siswa Kelas VII-D SMP Negeri 26 Makassar dengan penerapan
pembelajaran berbasis portofolio?
2.
Apakah dengan menerapkan
pembelajaran berbasis portofolio dapat mengubah sikap siswa Kelas VII-D SMP
Negeri 26 Makassar terhadap matematika menjadi lebih baik?
2.
Cara Pemecahan Masalah
Agar sasaran penelitian ini dapat
tercapai, maka dalam mengatasi masalah yang telah dikemukakan diatas, dilakukan
suatu proses tindakan pembelajaran yaitu pembelajaran berbasis portofolio bagi
siswa Kelas VII-D SMP Negeri 26 Makassar.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian
tindakan ini adalah sebagai berikut:
1.
Meningkatkan hasil belajar matematika
siswa setelah diadakan pembelajaran berbasis portofolio.
2.
Mengubah sikap siswa menjadi
lebih baik terhadap matematika.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari pelaksanaan penelitian
tindakan kelas ini diharapkan memberikan manfaat berarti bagi:
- Guru: Melalui penelitian tindakan ini, guru dapat memberi bekal bahan pengajaran dan mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi yang dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran dikelas, sehingga permasalahan yang dihadapi siswa, guru, materi pelajaran dan sebagainya dapat diminimalkan.
- Siswa: Dapat meminimalkan miskonsepsi siswa dalam belajar dan memahami matematika untuk suatu topik pelajaran. disamping itu dengan metode pembelajaran berbasis portofolio maka siswa akan lebih mudah untuk memahami materi pelajaran lanjutan.
- Sekolah: Memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam rangka perbaikan pembelajaran, sangat diharapkan hasil belajar matematika secara kolektif dapat meningkat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK
A. TINJAUAN PUSTAKA
1.
Hakekat Belajar
Matematika
Tolak ukur keberhasilan proses
belajar mengajar dapat ditinjau pada proses dan hasil belajar yang dicapai anak
didik. Matematika sebagai suatu pengetahuan yang terdiri atas struktur-struktur
yang disusun secara konsisten dan sistematik. Selain itu, matematika berkenaan
dengan ide-ide atau konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan
penalarannya deduktif. Abstrak karena objek matematika merupakan benda pikiran,
yaitu sesuai dengan yang dipikirkan, sementara murid harus mempelajari konsep
abstrak disaat perkembangan intelektualnya masih berada pada tahap
pra-operasional atau pada operasi konkret. Karena itulah matematika perlu
disajikan dengan model pembelajaran perubahan konsep yang menggunakan alat
peraga, guna mengkonkretkan konsep abstrak tersebut.
Mengutip pendapat Jerome Bruner (Erman Suherman, dkk.
2003:43) yang mengemukakan bahwa belajar matematika adalah belajar
konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi yang
dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur
matematika itu. Dari pendapat ini jelas menggambarkan bahwa tingginya aktivitas
mental dalam belajar matematika sangat membutuhkan strategi pengajaran yang
tepat yang diterapkan oleh guru agar siswa mencapai hasil belajar matematika
yang berkualitas. Hasil belajar tersebut ditunjukkan pada pencapaian kompetensi
berfikir dan bekerja dengan penalaran matematika.
Tujuan pendidikan matematika dalam jurnal NCTM (Bush,
2000) dikemukakan yang dicakup : (1) valuing
mathematics, (2) developing
mathematical confidence, (3) becoming
problem solver, (4) communicating
mathematically, (5) reasoning
mathematically. Jelas tergambar bahwa pencapaian tujuan matematika ini
banyak berorientasi pada proses berlangsungnya pembelajaran matematika harus
dikelolah dengan memperhatikan kemajuan-kemajuan yang dicapai siswa selama
proses belajar berlangsung termasuk didalamnya metode pembelajaran yang
digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2.
Pembelajaran Berbasis Portofolio
Dasar dari pengembangan model pembelajaran berbasis
portofolio adalah teori belajar konstruktivisme, yang pada prinsipnya
menggambarkan bahwa siswa membentuk atau membangun pengetahuannya melalui
interaksi dengan lingkungannya. Prinsip yang paling umum dan yang paling
essensial yang diturunkan dari konstruktivisme yaitu merancang suatu
pengetahuan diluar sekolah.
Berdasarkan
konstruktivisme sosial yang dikemukakan oleh Vygotsky (dalam ST Hatijah, 2004)
pada dasarnya memandang bahwa dengan mengadakan diskusi atau mendengar pendapat
orang lain seseorang membentuk pengetahuan atau mengubah pengetahuan yang
sebelumnya telah dimilikinya.
Portofolio
merupakan salah satu alat yang perlu mendapat lebih banyak perhatian dari guru
Matematika dan IPA pada era globalisasi dan perkembangan IPA dan teknologi
sekarang ini. Melalui portofolio akan memberikan kesempatan kepada mereka untuk
menunjukkan apa yang mereka ketahui dan dapat mereka perbuat sedemikian rupa
sehingga mencerminkan kekompleksan kegiatan belajar mengajar.
Pada pembelajaran
portofolio, pengetahuan dapat diterima dan tersimpan lebih baik, karena
pengetahuan masuk otak setelah melalui proses “masuk akal”. Yang tidak masuk
akal akan dikesampingkan. Karena tersimpan secara mendalam, meski pernah lupa,
pengetahuan tersebut mudah untuk dipelajari kembali. Lagi pula, karena materi
tersebut dipahami dengan baik, maka materi tersebut sewaktu-waktu dapat
digunakan dalam situasi baru yang berlainan dari situasi waktu belajar
mengajar.
1) Peranan guru dan siswa
dalam pembelajaran portofolio, adalah:
(1)
Peranan guru
(a) Mengajar dikelas secara
professional.
(b)
Merencanakan, melibatkan,
menghubungkan, dan memberi masukan kepada siswa dalam kelas.
(c) Memberi
semangat bahwa siswa berkewajiban untuk membuat keputusan, menggambar,
mempertimbangkan, diskusi, membaca dan menanggapi.
(d)
Memberi petunjuk dan harapan.
(e) Memproses pekerjaan, usaha, kemajuan dan
prestasi sebagai hasil belajar.
(f) Membantu siswa memimpin atau memandu
portofolionya.
(g) Mengoleksi dan menganalisa contoh-contoh
pekerjaan.
(h) Mengembangkan gaya mengajar yang
menumbuhkan rasa saling mempengaruhi
antara siswa dengan siswa dengan masyarakat dengan lingkungannya.
(i) Mengumpulkan informasi dari
hubungan antar siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan masyarakat dan
lingkungannya.
(j) Menggunakan
analisa dan contoh-contoh laporan untuk pihak-pihak yang membutuhkan.
(2) Peranan siswa
(a)
Memilih topik-topik tulisan.
(b)
Memilih materi bacaan.
(c) Mengorganisir, mempertahankan dan
menanggapi bacaan dan tulisan dalam
portofolio.
(d) Terlibat dan mempertahankan.
(e) Mengoleksi, menganalisa, membandingkan dan memilih tulisan serta contoh-contoh bacaan.
(f) Kerjasama dengan orang lain untuk
mengetahui secara personal tentang kekuatan
dan kelemahannya.
(g)
Merencanakan tujuan tertentu.
2) Pengertian Portofolio
Dalam
lapangan pendididikan atau pengajaran, istilah portofolio masih belum banyak
dikenal secara luas. Akan tetapi akhir-akhir ini seiring dengan diberlakukannya
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), istilah portofolio ini mulai banyak
dibicarakan dan dipelajari.
Portofolio sebagai proses
belajar mengajar diawali oleh isu atau masalah yang memerlukan suatu pemecahan
(problem solving). Pengertian
portofolio disini adalah sebagai wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial
pedagogis, maupun sebagai adjektive. Sebagai suatu kumpulan pekerjaan siswa
dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang
ditentukan, yang disebut bundel.
Portofolio berarti koleksi
dokumen atau tugas-tugas yang diorganisasikan dan dipilih untuk mencapai tujuan
dan sebagai bukti yang nyata dari seseorang yang memiliki pertumbuhan dalam
bidang pengetahuan, disposisi dan keterampilan. (dalam
ST Hatijah, 2004) menyatakan
bahwa, portofolio merupakan sesuatu yang berharga dan merupakan inovasi
pendidikan. Misalnya hasil tes awal (pre-test), tugas-tugas, keterangan
melaksanakan-tugas terstruktur, hasil tes akhir (post-test), dan sebagainya. Sebagai suatu proses sosial pedagogis
portofolio adalah collection of learning
yang terdapat dalam pikiran peserta didik baik yang berwujud pengetahuan
(kognitif), keterampilan (skill),
maupun nilai dan sikap (afektif). Adapun sebagai suatu adjective portofolio
seringkali disandingkan dengan konsep lain, misalnya dengan konsep penilaian,
maka dikenal istilah penilaian berbasis portofolio.
Portofolio dibagi menjadi dua bagian yaitu; portofolio
tampilan, yang isinya antara lain adalah rangkuman permasalahan yang dikaji,
berbagai alternative untuk mengatasi masalah, usulan kebijakan untuk mengatasi
masalah, membuat rencana tindakan. Yang kedua yaitu portofolio dokumentasi,
yang dikemas dalam map ordener atau sejenisnya yang disusun secara sistematis
mengikuti urutan atau langkah-langkah portofolio tampilan, selanjutnya
disajikan dalam suatu simulasi atau dengar pendapat (public hearing), yang dapat menghadirkan orang-orang yang terkait
dengan masalah tersebut.
3) Langkah-langkah Portofolio
(a)
Mengidentifikasi masalah yang
ada di masyarakat.
(b)
Memilih masalah untuk kajian
kelas.
(c)
Mengumpulkan informasi tentang
masalah yang akan dikaji oleh kelas.
(d)
Membuat portofolio kelas.
(e)
Penyajian portofolio (show case).
(f)
Merefleksi pada pengalaman
belajar.
(g)
Di dalam setiap langkah, siswa
belajar mandiri dalam kelompok kecil dengan fasilitas dari guru dan menggunakan
ragam sumber belajar di sekolah maupun di luar sekolah (masyarakat).
Sumber belajar atau informasi dapat diperoleh
dari:
(a)
Manusia (pakar, tokoh agama,
tokoh masyarakat dan lain-lain),
(b)
Kantor
penerbitan surat kabar, bahan tertulis,
(c)
Bahan terekam,
(d) Bahan tersiar (TV, radio),
(e) Alam sekitar,
(f) Situs sejarah, artifak dan lain-lain.
4) Penilaian Berbasis Portofolio
Istilah penilaian bukan merupakan istilah baru bagi insan yang
bergerak pada lapangan pendidikan dan pengajaran. Pada akhir suatu program
pendidikan, pengajaran atau pelatihan pada umumnya diadakan penilaian.
Tujuannnya tiada lain untuk mengetahui apakah suatu program pendidikan,
pengajaran , ataupun pelatihan tersebut
telah dikuasai oleh peserta atau belum. Angka atau nilai tertentu biasanya dijadikan
patokan untuk menentukan penguasaan program tersebut. Jika dianggap telah
menguasai maka ia dinyatakan tidak lulus.
Penilaian ini pada hakekatnya tidak hanya dilakukan sesaat
tetapi harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan. Disamping itu bukan
hanya menaksir secara parsial, melainkan harus menaksir sesuatu secara
menyeluruh yang meliputi proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan wawasan
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dicapai warga belajar. Dengan demikian
untuk menetapkan seseorang siswa tidak lulus ujian itu bukan hanya dari hasil
sesaaat, misalnya hanya diambil dari nilai ujian akhir. Sebab bisa saja terjadi
seseorang yang pada saat ujian akhir sedang terganggu kesehatannya, sehingga ia
tidak bisa berkonsentrasi dalam menjawab soal-soal ujian, dinyatakan gagal
padahal dalam keseharian ia termasuk siswa yang pandai. Atau dapat juga
sebaliknya, karena mendapat kesempatan menyontek, seseorang dapat lulus ujian
akhir, padahal dalam kesehariannya ia adalah seorang siswa yang malas.
(1) Kriteria Penilaian Portofolio
Sebagai salah satu bentuk penilaian kinerja, portofolio harus
memenuhi kriteria sebagai berikut:
(a) Memperbaiki kinerja ilmiah siswa
(b) Mengembangkan pengetahuan dan kemampuan
siswa dalam menilai diri sendiri
(c) Mengembangkan rasa memiliki dan bangga
pada prestasi
(d) Menjadi cerminan kerja guru
(e) Menjadi salah satu acuan bagi guru yang
menerima portofolio tahun berikutnya.
(2) Penggunaan Portofolio
Aspek penting dari peranan guru dalam
menggunakan portofolio terjadi pada:
(a) Sebelum pembelajaran atau pemberian nilai
dimulai
(b) Selama pembelajaran dan pemberian nilai
berlangsung
(c) Setelah pembelajaran atau pemberian nilai.
(3) Ada dua
langkah dalam menggunakan portofolio, yaitu:
(a) Persiapan untuk menggunakan portofolio
·
Memutuskan
jenis portofolio apa yang akan digunakan. Apakah secara individu atau kelompok
·
Mengidentifikasi
tujuan dari portofolio
·
Memilih
pekerjaan apa yang akan dimasukkan dalam portofolio
·
Meminta
siswa untuk memilih hal-hal yang akan dimasukkan dalam portofolio
·
Memutuskan
bagaimana portofolio tersebut dinilai.
(b) Mengatur portofolio dalam satu pokok bahasan
atau lebih
·
Proses
portofolio. Guru menjelaskan kepada siswa tentang kategori contoh pekerjaan
yang akan dimasukkan kedalam portofolio
·
Rubrik.
Guru mengembangkan rubrik penilaian untuk menilai dan mengevaluasi pekerjaan
siswa
·
Penilaian
diri. Siswa merefleksi dan menilai dirinya sendiri tentang kualitas dan
kuantitas pekerjaan mereka serta kemampuannya mencapai tujuan
pembelajaran.
3.
Hasil Belajar Matematika
Topik-topik dalam matematika tersusun secara hirarki
mulai dari yang paling dasar atau paling mudah sampai yang paling sukar.
Belajar matematika harus melalui jalur-jalur yang tersusun secara logis. Dengan
demikian belajar matematika ada prasyarat pertama yang harus dikuasai sebelum
sesorang belajar konsep sebelumnya.
Dikemukakan Herman
Hudoyo (1990) bahwa belajar adalah suatu proses mental yang mengarah kepada
penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebiasaan atau sikap, yang semuanya
diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan perubahan tingkah
laku. Secara singkat belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku sebagai
akibat adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Dimana
perubahan-perubahan yang dimaksud adalah perubahan pengetahuan, pemahaman, kemampuan,
keterampilan serta aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Sedangkan hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh
siswa setelah melakukan kegiatan belajar, hasil tersebut merupakan gambaran
penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap diri peserta didik, yang
berwujud angka berdasar dari ujian akhir (tes sumatif).
Menurut Slameto (1988:2) menyatakan bahwa:
“Belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya”.
Sedangkan belajar menurut
Sahabuddin (1996: 85) (dalam Arifai, 2004) bahwa:
“Belajar
merupakan modifikasi yang tampak dari perilaku seseorang yang melalui
kegiatan-kegiatan dan pengalaman-pengalaman, sehingga pengetahuan keterampilan
dan sikapnya termasuk penyesuaian cara-caranya terhadap lingkungan yang
berubah-ubah, yang sedikit banyaknya permanen”.
Berdasarkan pengertian diatas, secara umum dapat dikatakan
bahwa belajar adalah suatu proses kegiatan yang menimbulkan kelakuan baik atau
berubah kelakuan lama hingga seseorang lebih mampu memecahkan masalah dan
menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi yang dihadapi dalam hidupnya.
Selanjutnya dari proses belajar akan diperoleh hasil
belajar yang merupakan suatu keberhasilan yang diperoleh siswa dari hasil
belajar yang telah dilakukan sebelumnya dapat pula merupakan suatu gambaran
penguasaan materi belajar yang bersangkutan. Hasil belajar yang dimaksud disini
tidak lain adalah kemampuan maksimum yang dicapai oleh siswa akibat dari suatu
kegiatan.
Selain itu, Slameto (1995) juga mengemukakan beberapa
faktor kognitif yang dapat dimanipulasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa
adalah persepsi, perhatian, mendengarkan, ingatan, struktur kognitif,
inteligensi, kreativitas, dan gaya
kognitif.
Djiali (dalam Jurnal Alumni, 1991: 15) mengemukakan
bahwa variabel yang berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika meliputi
variabel yang meliputi variabel yang berkaitan dengan faktor siswa, faktor
guru, dan faktor lingkungan belajar. Lebih lanjut dikemukakan, faktor siswa
meliputi variabel: kemampuan dasar, cara dan kebiasaan belajar, kualitas
belajar, motivasi berprestasi dan sikap terhadap pelajaran matematika. Sedang
faktor guru, meliputi: tingkat penguasaan terhadap pelajaran matenatika,
kemampuan mengelola proses belajar mengajar, kemampuan merencanakan program
pengajaran, kesadaran dan kesanggupan kerja dan sikap terhadap profesi guru.
Hudoyo (1990: 10) mengemukakan
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa, meliputi:
faktor peserta didik (siswa), faktor sarana dan prasarana, faktor pengajar dan
faktor penilaian (evaluasi).
Selanjutnya Slameto (1987: 2)
menegaskan bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Abdurrahman (1999: 37) (dalam Arifai, 2004)
bahwa :
“Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak melalui kegiatan
belajar. Belajar itu sendiri merupakan proses dari seseorang, dimana hasil
belajar dipengaruhi oleh inteligensi dan penguasaan anak tentang materi yang
akan dipelajarinya”.
Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tingkat atau besarnya perubahan
tingkah laku yang dapat dicapai dari suatu pengalaman yang mengarah pada
penguasaan pengetahuan, kecakapan, dan kebiasaan. Pengalaman disini merupakan
suatu proses yang selalu berhubungan dengan proses belajar mengajar. Kesimpulan
yang lain, hasil belajar mengajar adalah ukuran yang menyatakan taraf kemampuan
berupa penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap yang dicapai oleh
seseorang sebagai hasil dari sesuatu yang dipelajari selama waktu tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, maka yang
dimaksud dengan hasil belajar matematika adalah tingkat keberhasilan atau
penguasaan seorang siswa terhadap bidang studi matematika setelah menempuh
proses belajar mengajar.
B.
Kerangka Berfikir
Proses belajar mengajar adalah
suatu rangkaian peristiwa yang mempunyai tujuan untuk dicapai. Hasil belajar
diperoleh melalui proses belajar mengajar, namun tidak semua proses belajar
mengajar yang dilakukan akan mencapai tujuan. Untuk itu demi mencapai tujuan
pembelajaran dalam hal ini penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan
dapat meningkat, maka peneliti menerapkan pembelajaran berbasis portofolio,
dimana penilaian terhadap hasil belajar siswa diperoleh dari tes yang diberikan
selama proses pembelajaran. Yang mana hasil tes ini dikumpulkan dalam satu
tempat yang disebut bundel.
Berdasarkan pemikiran inilah,
peneliti menduga bahwa dengan penerapan pembelajaran berbasis portofolio dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
C.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teoritik, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah “jika siswa diberikan pembelajaran berbasis portofolio,
maka hasil belajar matematika siswa akan meningkat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan selama dua siklus. Tindakan yang
dilakukan adalah pembelajaran dengan model portofolio.
Peningkatan kualitas proses pembelajaran adalah
terjadinya multi arah, proses pembelajaran, menggairahkan sehingga terjadi
peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran matematika.
B.
Lokasi Penelitian dan
Subjek Penelitian
1.
Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 26 Makassar pada kelas VII-D.
2.
Subjek Penelitian
Subjek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-D SMP Negeri 26 Makassar tahun
pelajaran 2004/2005 yang terdiri dari 40 siswa pada semester II tahun ajaran
2004/2005.
C.
Faktor yang Diselidiki
Faktor yang akan diselidiki dalam pelaksanaan penelitian
ini adalah :
1.
Faktor
siswa, yaitu untuk melihat sikap siswa
dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran berbasis
portofolio. Proses yang dimaksud adalah
(1)
Siswa yang hadir pada saat
pelajaran.
(2)
Siswa yang memperhatikan
penekanan suatu materi.
(3)
Siswa yang melakukan kegiatan
yang sesuai dengan bimbingan guru dalam rangka pengembangan konsep.
(4)
Siswa yang aktif pada saat
pembahasan contoh soal.
(5)
Siswa yang menjawab pertanyaan
yang diajukan pada saat pengembangan konsep.
(6)
Siswa yang mengangkat tangan
pada saat diajukan pertanyaan tentang materi.
(7)
Siswa yang bertanya tentang
materi pelajaran yang belum dimengerti.
(8)
Siswa yang memperhatikan
penjelasan guru dan mencatat pada saat
pembelajaran.
(9)
Siswa yang memiliki alat
pelajaran, berupa buku paket.
(10)
Siswa yang mengerjakan latihan.
(11)
Siswa yang mengerjakan
pekerjaan rumah.
(12)
Siswa yang melakukan kegiatan
lain (ribut, bermain, dll), pada saat
pembelajaran.
2. Faktor guru, yaitu peneliti yang
bertindak sebagai guru mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran
matematika dengan menggunakan pembelajaran berbasis Portofolio berdasarkan lembar
observasi yang telah dipersiapkan . Proses yang dimaksud adalah
(1) Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran dan pelajaran yang ingin
dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
(2) Guru
menyajikan materi pelajaran pada siswa.
(3) Guru
menggunakan alat bantu, seperti OHP.
(4) Guru
memberikan pertanyaan pada siswa mengenai materi pelajaran.
(5) Guru
memberikan contoh soal.
(6) Guru
memberikan latihan soal untuk dikerjakan dikelas.
(7)
Guru memberikan latihan soal untuk dikerjakan dirumah.
3.
Faktor sumber pelajaran, yaitu
untuk melihat apakah sumber atau bahan pelajaran yang digunakan sudah sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai.
D. Rencana Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Antara
siklus I dengan siklus II merupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan,
dalam artian pelaksanaan siklus II merupakan kelanjutan dan perbaikan dari
siklus I. Secara rinci pelaksanaan penelitian untuk dua siklus ini sebagai
berikut:
Siklus I
1.
Perencanaan
1)
Menganalisis materi pelajaran melalui pengkajian kurikulum yang akan diajarkan
dalam pelaksanaan tindakan.
2) Membuat rencana pengajaran kemudian menyusun
materi yang akan diajarkan sesuai skenario pembelajaran matematika dengan
penerapan metode pembelajaran berbasis portofolio untuk setiap pertemuan.
3) Mempersiapkan alat bantu pengajaran sesuai
dengan materi yang akan diajarkan, misalnya alat peraga.
4) Membuat pedoman observasi untuk merekam
proses pembelajaran dikelas.
5) Membuat dan menyusun alat evaluasi.
2. Pelaksanaan Tindakan
1) Mengidentifikasi keadaan siswa berupa
minat dan kesiapannya.
2) Membahas materi pelajaran dengan
menyajikan outline materi.
3) Mengembangkan bahan pengajaran
termasuk contoh soal secara global.
4) Memberikan umpan balik positif terhadap
jawaban dan tanggapan siswa.
5) Melakukan penugasan kepada siswa sesuai
dengan bahan yang telah diajarkan baik secara individu maupun kelompok sesuai
dengan tugas-tugas belajar yang dikembangkan dalam portofolio siswa yakni
Portofolio Show Case.
6) Mencatat semua kejadian yang dianggap
penting, baik mengenai kegiatan siswa dalam mengikuti pelajaran, mengerjakan
soal maupun tanggapan-tanggapan yang diberikan siswa.
7) Dengan memberikan motivasi dan menciptakan
interaksi yang harmonis antara guru dan
siswa, siswa diarahkan untuk menyelesaikan masalah/soal secara
berkelompok dalam hal ini guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing.
8)
Melaksanakan
proses pembelajaran kemudian dipantau berdasarkan format observasi.
3. Observasi dan Evaluasi
1) Pengumpulan
data melalui :
a) Pemantauan pelaksanaan proses pembelajaran
(observasi).
b)
Ulangan harian (evaluasi).
2) Analisis data
hasil observasi.
4. Refleksi Hasil Kegiatan
1) Refleksi dari penelitian berdasarkan hasil yang diperoleh dari:
a) Hasil observasi.
b)
Hasil
evaluasi.
2) Mendiskusikan hasil refleksi yang
telah dibuat bersama dengan guru mata
pelajaran matematika lainnya.
3) Sosialisasi dari pihak lain, misalnya :
Kepala Sekolah.
Siklus II
Langkah-langkah
yang dilakukan pada siklus II relatif sama dengan perencanaan dan pelaksanaan
siklus I dengan mengadakan beberapa perbaikan sesuai dengan kenyataan yang
ditemukan di lapangan. Pada pelaksanaan siklus II, materi yang akan diajarkan adalah
kelanjutan dari materi pada siklus I. Adapun langkah-langkah yang dilakukan
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.
Perencanaan
Pada tahap ini, dirumuskan
perencanaan siklus II yaitu sama dengan perencanan pada siklus I dengan
berbagai langkah untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus
I.
2.
Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pada siklus II ini adalah mengulangi
langkah-langkah pada siklus I disertai beberapa perbaikan berdasarkan hasil
refleksi pada siklus I. Adapun perbaikan yang sempat terlaksana adalah jika
pada siklus I hanya siswa-siswa yang pintar saja yang aktif dalam proses
pembelajaran maka pada siklus II ini dilakukan pendekatan-pendekatan kepada
siswa-siswa yang kurang pintar untuk mendapatkan bimbingan secara langsung agar
mereka lebih aktif dan dapat melibatkan diri dalam proses pembelajaran sesuai
dengan model pembelajaran yang diterapkan. Selain itu juga, jika pada siklus I
masih banyak siswa-siswa yang segan dan takut untuk mengemukakan masalah atau
soal yang dihadapi maka untuk menanggapi hal itu pada siklus II ini peneliti
lebih tegas dalam menunjuk siswa untuk mengemukakan masalahnya bahkan peneliti
mengharuskan kepada setiap kelompok siswa untuk bersiap-siap pada setiap
pertemuan baik untuk bertanya maupun untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari
rekan dan peneliti.
Disamping itu juga peneliti berjalan-jalan mengamati kegiatan siswa untuk
setiap kelompoknya masing-masing sehingga siswa lebih
serius dan aktif
dalam
mengikuti proses pembelajaran.
3.
Observasi
Secara umum tahap observasi pada siklus II sama dengan
yang dilakukan pada siklus I.
4.
Refleksi
Data hasil observasi dan catatan harian guru serta
komentar siswa pada siklus ini dikaji dan dianalisis untuk menentukan
keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan akhir penelitian ini.
E. Teknik Pengumpulan Data
1.
Sumber Data
Adalah siswa Kelas VII-D SMP Negeri
26 Makassar yang menjadi subjek penelitian.
2. Jenis Data
Jenis data yang diperoleh dari
sumber data kualitatif dan kuantitatif , yang terdiri dari :
1)
Tes hasil belajar
2)
Catatan guru
3)
Format observasi
3. Cara Pengambilan Data
1)
Data tentang kondisi
pembelajaran selama tindakan dilakukan diambil dengan menggunakan lembar
observasi yang telah disediakan sebelumnya.
2)
Data tentang refleksi diri
serta perubahan yang terjadi dikelas, diambil dari catatan harian guru.
3)
Data
tentang hasil belajar diperoleh melalui pemberian tes ulangan pada setiap akhir
siklus.
4)
Data tentang tanggapan siswa
terhadap metode penilaian yang digunakan, diambil melalui kuesioner.
F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari pelaksanaan observasi
dianalisis secara kualitatif, sedangkan data hasil belajar matematika siswa
dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif dan
menggunakan teknik kategorisasi dengan skala lima berdasarkan teknik kategorisasi standar
yang diterapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1993: 6) adalah
sebagai berikut:
- Nilai 0 – 3.4 ; Dikategorikan “Sangat Kurang”
- Nilai 3.5 – 5.4 ; Dikategorikan “Kurang”
- Nilai 5.5 – 6.4 ; Dikategorikan “Cukup”
- Nilai 6.5 – 8.4 ; Dikategorikan “Tinggi”
- Nilai 8.5 – 10.0 ; Dikqategorikan “Sangat Tinggi”
Dari pengkategorian di atas, akan diperoleh frekuensi
dan persentase siswa pada masing-masing kategori yang telah ditentukan.
Adapun frekuensi adalah banyaknya siswa pada setiap kategori,
sedangkan persentase (%) adalah banyaknya
siswa pada setiap kategori
(frekuensi) dibagi dengan jumlah
siswa kemudian dikali dengan 100 %.
Persentase (%) =
Apabila hasil belajar siswa dianalisis maka persentase
ketuntasan belajar siswa dapat diperoleh dengan mengkategorikan siswa yang
tidak tuntas dan siswa yang tuntas belajar sesuai dengan ketentuan dari
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang menyatakan bahwa yang dikategorikan
tidak tuntas adalah siswa yang berada pada kategori sangat rendah, rendah, dan
sedang. Sedangkan yang dikategorikan tuntas adalah siswa yang berada pada
kategori tinggi dan sangat tinggi.
Untuk melihat hasil belajar siswa pada tiap siklus,
dapat dilakukan dengan menentukan daya serap siswa yang dapat dilihat dari
banyaknya persentase siswa yang tuntas belajar.
G. Indikator Kinerja
Indikator yang menunjukkan
keberhasilan pelaksanaan penelitian yang dilakukan adalah peningkatan hasil
belajar matematika siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Makassar setelah diberikan
pembelajaran berbasis Portofolio. Peningkatan hasil belajar matematika siswa
ditandai dengan nilai yang diperoleh siswa mencapai ketuntasan perorangan,
yaitu jika memperoleh nilai minimal 65% dari skor ideal dan ketuntasan klasikal
tercapai apabila lebih dari 50% siswa telah tuntas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar